blank

Dengan menyebut nama Allah, Maha Pengasih Maha Penyayang. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.
Iman, Beriman. Apa sejatinya makna beriman? Sudahkah kita beriman? Sebenar-benar beriman? Atau iman kita masih artifisial? Masih palsu? Masih dibuat-buat?
Iman menurut bahasa adalah percaya, yakin. Menurut istilah iman adalah percaya atau yakin dengan sepenuh hati. Tidak hanya diyakini dihati dan diucapkan dengan lisan tapi iman memerlukan pembuktian dari seluruh anggota badan kita. Dan hal ini lah yang mungkin kemudian menjadi sulit.
Ada 6 rukun iman yang sudah kita kenal mungkin sejak TK/RA hingga mungkin sampai perguruan tinggi. Namun sayangnya, belajar mengenai hal ini meski dalam waktu yang panjang, tidak selalu membuat kita “ajeg” dalam beriman.
Iman menurut sebagian ulama bersifat fluktuatif, dinamis, kadang naik, kadang turun bisa betambah dan bisa berkurang. Manusia memang dianugerahi oleh Allah berupa akal dan nafsu yang mungkin hal inilah menjadikan iman seseorang bisa berubah. Allah bisa saja menguji tentang keimanan seorang hamba, maka disitulah keindahannya. Manusia berusaha dan berupaya secara sadar mengenai keistiqomahan berimannya. Sebagai manusia biasa, manusia dengan maqam terendah bisa jadi akan merasa sangat kesulitan dalam mempertahankan keimanan.
Iman kepada Qada dan Qadhar, iman kepada hari akhir, iman kepada Nabi dan Rasul, iman kepada Kitab-kitab Allah, serta iman kepada Malaikat semuanya terintegrasi, terhubung dengan Iman kepada Allah.
Beriman kepada Allah SWT memiliki makna yang mendalam. Meyakini, percaya bahwa Allah lah Yang Satu, bahwa segala sesuatu tanpa terkecuali bertumpu kepada Allah. Allah memiliki sifat wajib 20 dan mustahilnya, Allah memiliki 99 nama yang indah. Menurut Cak Nun, ke 99 nama tersebut tercakup dalam Rahman Rahim Allah, tercakup dalam kasih dan sayang Allah.
Beriman kepada malaikat-malaikat Allah berarti kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa malaikat Allah itu benar-benar ada. Misalnya, kita yakin bahwa ada malaikat Raqib Atid yang siap mencatat segala perbuatan baik buruk kita di dunia. Namun seakan-akan kita tidak meyakini hal itu, kita masih saja dengan begitu lihainya berbuat hal-hal negatif seakan tidak percaya ada malaikat di samping kita, kita seakan tidak percaya bahwa ada Allah pula yang Maha Melihat.
Beriman kepada kitab-kitab Allah memiliki makna meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah menurunkan kitabNya untuk kemudian dijadikan sebagai pedoman hidup manusia. Sebagai manusia biasa tentu kita perlu bimbingan dari guru atau para alim ulama untuk memaknai Alquran sebagai pedoman dan petunjuk hidup, terkadang tidak semua ayat-ayat-Nya kita pahami secara langsung. Namun demikian, bukan berarti kita melepas tanggungjawab untuk tetap belajar dan membaca Alquran.
Beriman kepada Nabi dan Rasul berarti kita yakin dan percaya bahwa Allah telah menciptakan Nabi dan Rasul sebagai utusan-Nya untuk memberi petunjuk bagi manusia. Setiap Nabi dan Rasul memiliki kisah-kisah sendiri bagaiamana mereka berjuang terhadap masyarakatnya kala itu untuk beriman kepada Allah, termasuk Rasulullah Muhammad Saw. Jika kita beriman kepada Nabi dan Rasul, maka kita seharusnya juga mempercayai kisah-kisah dan perjuangannya. Menjadikannya pelajaran bagi kehidupan kita, lantas kita pun berhati-hati dalam menjalankan kehidupan, tidak sembrono. Melakukan apa yang menjadi sunah Rasul, menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai teladan dalam bermasyarakat.
Beriman kepada Hari Akhir memiliki arti meyakini dan percaya betul bahwa hari berakhirnya, hari hancurnya alam semesta dan seluruh isinya akan terjadi. Sebagai orang yang beriman tentu kita harus menyiapkan perbekalan dengan maksimal, menyiapkan diri dengan sungguh. Namun terkadang, manusia lupa dan menjadikan ini hanya sebagai dongeng saja. Padahal hari akhir dan akhirat adalah hal yang perlu diyakini.
Allah berfirman yang artinya:
“dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (Qs. al-Hajj/22: 7)
“mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui”. (Qs. al-‘Araf/7: 187)
Beriman kepada Qada dan Qadhar yaitu percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu telah ditentukan dan ditetapkan oleh Allah. Sebagai manusia yang beriman maka kita harus percaya bahwa segala sesuatu telah Allah tetapkan, tidak ada satu hal pun yang luput dari takdir Allah. Maka manusia yang beriman dan berakal ini seharusnya mampu menjalani hidupnya dengan penuh keikhlasan dan selalu berprasangka baik kepada Allah. Jikapun merasa kesusahan, yakinlah Allah mengingkan manusia untuk menjadi cerdas, mencari jalan keluar, untuk kemudian naiklah derajatnya.
Mari merefleksikan kembali makna Iman ke dalam diri, mari kembali bermuhasabah. Mari bersama-sama belajar istiqomah terhadap keimanan kita, mari terus belajar sampai akhir hayat. Semoga kita selalu dalam Rahman Rahim Allah. Amin.
Wallahu’alam bissawab.