blank

Forum Maiyah Gambang Syafaat bulan Januari 2024 ini mengusung tema “PEMIMPINTAR”. Tema ini diangkat karena saat ini negara kita sedang dalam proses memilih pemimpin baru mulai dari tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten. Di media sosial, televisi, dan jalan-jalan, banyak calon anggota dewan yang ikut dalam pemilihan oleh rakyat.

Dalam gambang syafaat bulan ini, tema “Pemimpin Pintar” diusung dengan mengulas berbagai materi tentang kepemimpinan. Harapannya, sebagai bekal diri setidaknya jamaah dan semua yang hadir dengan akal sehat dan hati nurani dalam menghadapi situasi politik yang penuh dengan dinamika isu dan kepentingan.

Beberapa poin yang dapat kita ambil dari rangkaian acara Gambang Syafaat tanggal 25 Januari 2024 kemarin. Mas Aziz, seorang talenta muda, melalui lagu-lagunya, banyak pesan yang disampaikan, salah satunya adalah kepedulian terhadap isu-isu lingkungan. Isu lingkungan saat ini sedang banyak dibahas di tingkat global, seperti food, energy, water nexus, yang merupakan ekosistem saling berkaitan dan saling mempengaruhi.

Selain itu, Mas Aziz juga membawakan lagu “Ilir-ilir”, lagu yang sarat dengan makna kepemimpinan. Lagu ini berasal dari nenek moyang kita, yang tetap populer sampai generasi saat ini, dan banyak dibawakan kembali oleh Group Kiai Kanjeng di berbagai tempat. Dalam cuplikan liriknya, Mas Aziz menekankan pada lirik “Cah angon, penekno blimbing iku”, yang menggambarkan pemimpin yang sedang berproses memanjat untuk meraih blimbing. Blimbing ini dapat diartikan sebagai simbol dari lima nilai Pancasila, Rukun Islam, atau apapun simbol yang lainnya. Setelah meraih blimbing, pemimpin diharapkan mampu mengusahakan apa yang terkandung dalam lima poin tersebut kepada rakyatnya.

Tuhan sangat bersungguh-sungguh
dalam mengurusi setiap tetes embun
yang Ia tampung di sehelai daun

Tuhan menyayangi dengan sepenuh hati
setiap titik debu yang menempati
persemayamannya di tengah ruang

Tapi kita iseng sesama manusia
Kita tidak serius terhadap nilai-nilai
Bahkan terhadap Tuhan pun
kita bersikap setengah hati

Pak Syarif membacakan sebuah puisi karya Mbah Nun yang ditulis pada tahun 1995, yang berjudul “Kemana Anak-Anak Itu”. Puisi ini memberikan kritik sekaligus pesan bahwa setiap langkah kehidupan harus dijalani dengan serius, terutama ketika memegang kebijakan untuk mewujudkan visi Indonesia yang berlandaskan pada “Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil, dan Makmur”.

Berbicara tentang kepemimpinan, dalam forum Gambang Syafaat bulan ini, terdapat beberapa poin penting yang dapat dijadikan bekal. Salah satu contoh terdekat yang dapat dilihat dalam sosok kepemimpinan adalah orang tua kita masing-masing. Sebagai orang tua, mereka merepresentasikan kepemimpinan yang ideal dengan bertanggung jawab terhadap anggota keluarga dan memberikan berbagai kebutuhan untuk keluarga.

Pemimpin juga merupakan sosok yang beradab dan mampu mengendalikan nafsunya untuk menjaga peradaban, seperti yang ditunjukkan oleh Mas Agus. Gus Aniq mengingatkan kita bahwa Rasul dan Nabi hadir di tengah umatnya karena adanya kepemimpinan yang hilang dalam diri manusia. Jika kita tidak memiliki kemampuan untuk memilih pemimpin di luar diri kita karena kompleksitas keadaan yang tidak terkontrol, sebaiknya kita sebagai individu dapat menjadi cah angon yang mampu mengembalikan potensi yang ada dalam diri kita sendiri.

Sebaik-baik manusia adalah yang bertaqwa, belajar menemukan diri sendiri, dan memimpin diri sendiri. Pemimpin adalah cerminan dari diri kita.