Gambang Syafaat
Gambang Syafaat

Salah satu kebersyukuran dan rasa terimkasih saya kepada Allah adalah dipertemukannya dengan “Maiyah” tepat pada tanggal 23 Oktober 2017 saya dipertemukan langsung dalam acara Sinau Bareng yang saat itu berada di Wisata Bukit Jamur Kabupaten Gresik. Sebelum acara dimulai terjadi hujan deras sehingga membuat akses masuk sangat sulit sampai-sampai banyak sepeda motor yang macet karena jalanan yang begitu becek, namun suasana dan situasi yang sedemIkian rupa tidak menyurutkan orang-orang untuk menghadiri acara Sinau Bareng tersebut. yang membuat saya terkesan dan bertanya-tanya adalah dengan situasi yang bisa dikatakan sangat tidak mungkin untuk dilangsungkan tetapi dalam Sinau Bareng ini tetap berlangsung bahkan semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan. Lantas spontan dalam pikiranku muncul “iki jan jane acara apa ta”? Kok orang-orang pada berkumpul diatas tanah yang becek dan hanya beralaskan tikar dari plastik dan ada juga yang hanya duduk beralaskan sandal jepit, dan mereka seperti tidak ada tekanan dan terpancar dari raut wajah-wajah mereka yang bahagia.

Sinau Bareng yang serasa guyonan tapi memuat begitu banyak pelajaran yang mencakup sejarah, sosial, kebudayaan, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan sholawat dan lain sebagainya pun dilantunkan diiringi dengan musik dari Kiai Kanjeng yang semakin menstimulus masuknya nada dan suara tersebut masuk ke rongga dada sampai bulu kuduk satu persatu berdiri dan tubuh seperti merasa getaran secara reflek, benar-benar suasana dan nuansa yang berbeda saya temukan di tempat yang bernama Maiyah ini. Awalnya ikut acara Sinaun Bareng karena diajak teman satu pondok saya yakni Ahmad Ilham Muhtarom. Saat itu saya belum mengerti blas gadas (sedikitpun) tentang acara Sinau Bareng apalagi Maiyah, sehingga rasa penasaran saya sangat besar untuk ingin tahu lebih mengenai acara tersebut dan Maiyah itu sendiri.

Dalam berjalannya waktu hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun seikit demi sedikit mulai mengerti apa itu Maiyah setelah mengiktu acara rutinan setiap bulan di simpul-simpul seperti Damar Kedhaton yang berada di Gresik, Bangbang Wetan yang berada di Kota Surabaya dan di Padhang Mbulan yang berada di Menturo Sumobito Kabupaten Jombang. Di tempat ini serasa ada heal ketika dalam keadaan jenuh, lelah, sedih, dan lain sebagainya disana disediakan ruang yang sangat menyejukkan namun tidak kedinginan, hangat namun tidak kepanasan. Sehingga siapa saja yang datang kesana merasakan bahagia dan nyaman. Tidak hanya itu saja Maiyah juga mengubah banyak cara pandang dan pola pikir hidup menjadi bermakna seminimnya buat diri sendiri. Di Maiyah juga diajak untuk menggali dan mencari potensi yang ada dalam diri karena setiap manusia memiliki fadhilah (keistimewaan) yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap hambanya. Seperti yang pernah di ucapkan Mbah Nun dalam salah satu moment acara Sinau Barng bahwa manusia itu diciptakan sebagai Khalifah di dunia dan setiap manusia mempunyai fadhilah masing-masing yang diberikan Allah. Kita diajak untuk menemukan jati diri sebagai pribadi yang sebagaimana mestinya Allah harapkan dan alasan kenapa kita diciptakan. Begitu banyak cara pandang baru dalam Maiyah untuk menikmati hidup yang begitu singkat dan pekat ini mengubah konsep pemahaman yang negatif menjadi positif sehingga outputnya adalah dioptimalkan untuk kebaikan.

Kesadaran yang utama dan intens dalam Maiyah adalah menyadari bahwa kita tidak lepas dari kebersamaan, dengan artian kebersamaan itu kita selalu bersama Allah dan Rasulullah. Maka seperti yang pernah dikatakan Mbah Nun kita harus melakulan apa-apa yang Allah dan Rasulullah juga bergembira, sehingga Allah dan Rasulullah ridho atas apa yang kita lakukan dan kerjakan selama ini. Kemudian keberkahan dalam Maiyah adalah dipertemukannya dengan manusia-manusia yang sangat tulus seperti Syekh Nursamad Kamba, KH. Muzammil, Mas Sabrang dan Khususnya Mbah Nun. Di sana saya belajar begitu banyak ilmu kehidupan yang di luar saya tidak menemukannya.

Dan terakhir pada suatu moment tepat 19 April 2019 di salah satu Kampus di Tulungagung saya dipertemukan langsung dengan Syekh Nursamad Kamba, disana baru tahu kalau beliau adalah salah satu pendiri Prodi Tasawuf dan Psikoterapi dan beliau juga sangat akrab dengan Mbah Nun. Sebagai salah satu moment yang indah dan mungkin tak bisa di jamak kembali. Dalam acara yang berlangsung itu Syekh Nursamad memaparkan mengenai kehidupan di Madinah, Kehidupan Rasulullah SAW dan juga Maiyah. Salah satu yang diucapkan Syekh Nursamad Kamba ialah “Maiyah adalah peradaban dan jalan peradaban adalah jalan kenabian (Nabi Muhammad SAW).”

Kebersyukuran dan rasa terimakasih tak pernah henti kepada Allah telah dipertemukan dengan Maiyah yang telah memberikan banyak hal pembelajaran, pelajaran, cara pandang mengenai hidup agar selalu bergembira. untuk saling tumbuh dan pantul-memantulkan kebaikan, terimakasih.

Lets Grow, Lets Glow