blank

Di mana-mana, yang namanya pusat kota akan menjadi tempat paling ramai, padat, umpel-umpelan! (kalau sepi namanya jomblo kebetheng hujan, Sis! Uppss!!). Layaknya toko serba ada, mungkin segala kebutuhan manusia bisa didapatkan di tempat itu. Mall-mall bertingkat dengan segala isinya, tanah lapang luas tempat penjaja makanan menggelar lapak di sekelilingnya, hotel-hotel mewah, lalu-lalang kendaraan besar kecil yang hanya sekedar lewat maupun mencari tempat parkir.

Tidak terkecuali Simpang Lima Semarang. Tahun 2010, sebelum berkunjung ke sana, saya mencoba mencari tahu tentang nama tempat yang cukup terkenal di Indonesia ini melalui situs pencarian. Beberapa judul muncul, seperti: Menjelajah Simpang Lima di Malam Hari, Nikmat Surga Kuliner Pujasera Simpang Lima, 30 Hotel Terdekat di Simpang Lima, dan masih banyak lagi. Namun saya belum menemukan apa yang greget di wilayah ini, sama saja di daerah lain pikir saya. Harapan saya waktu itu akan muncul judul: “5 cara menemukan jodoh di Simpang Lima”, tolong digaris bawahi, waktu itu. Alhasil saya hanya mampir ke Masjid Raya Baiturrahman untuk sholat Magrib. Kata Mbah saya dulu “Nduk, kalau kamu pergi k eluar kota, usahakan nyambung atimu dengan kota yang kamu singgahi, mampiro ke rumah Allah di kota tersebut”. Ini dalam rangka saya nyambungkan hati saya dengan Semarang, juga siapa tahu ketemu jodoh, sekali lagi waktu itu.

Mungkin doa dan persambungan hati saya saat itu cukup nyenggol. Sehingga saya diperjalankan lagi menuju Simpang Lima Semarang, dan mungkin kesempatan kedua ini saya sudah dapat apa yang greget di Simpang Lima ter-crowded- yang pernah saya singgahi. “Ketemu Jodoh ya Sis?”, Oh enggak, eh bisa iya dink! Jodoh ndak melulu pasangan kan? Kali ini saya diperkenankan Allah untuk mampir ke Gambang Syafaat. Satu dari lima simpul besar Maiyah. Ada rasa mbungahi ketika saya tugas ke luar kota dan Alhamdulillah bisa mampir Maiyahan sekalian. Semacam terjaga keseimbangan hidup saya.

Menurut saya, Gambang Syafaat ini mutiara dalam tumpukan pasir. Berlokasi di teras samping Masjid Raya Baiturrahman, di tengah hingar bingarnya manusia menikmati tengah kota, ada syafa’at yang luput dari pandangan mata dan perhatian mayoritas. Mungkin dulu Mbah Nun memiliki dalih khusus mengapa memberi nama Gambang Syafaat.

Jika Anda menyempatkan dan diperjalankan Allah hadir di tengah-tengah mesranya Gambang, rasakan dengan hati, betapa mencoloknya kolaborasi antara dua dunia yang berkebalikan. Di luar pelataran masjid, kebanyakan orang mencari eksistensi, kesenangan sementara perduniawian. Sedang di teras samping masjid Baiturrahman, mereka semua, tua-muda, kaya-miskin, sibuk-selo tidak ada bedanya, mereka semua membaur setor rindu dan cinta pada Allah dan Kanjeng Rosul, tanpa ada rasa ingin menonjol di antara yang lain. Juga dalam rangka “mecah celengan” rindu mereka untuk bertemu sedulur Maiyah lainnya.

Maiyah memang perjuangan sunyi yang jauh dari eksistensi. Di zaman yang serba wah begini, rasanya hampir mustahil menemukan orang memacu kendaraannya, melangkahkan kaki dan menguatkan niat pergi ke tengah kota justru untuk menepi, bertemu mesra dengan sedulur tanpa hubungan darah, duduk berjam-jam tanpa bergeser, menghisap kepulan asap cinta dari lantunan sholawat yang didengungkan dalam setiap Maiyahan, belum lagi jika cuaca hujan namun mereka tetap hadir, dan itu dilakukan istiqomah setiap bulan. Bahkan rindu jika sekali saja tidak datang. Ini istimewanya Gambang bagi saya, tanpa kehadiran Mbah Nun sekalipun, pelataran Masjid Baiturrahman selalu penuh dengan manusia penuh cinta.

Laku istiqomah para penggiat dan jamaah Gambang, akhir tahun ini InsyaAllah memasuki usia 19 tahun. Sebuah proses yang tidak mudah, apalagi dengan daerah istimewa-nya yang ada di pusat kota. Banyak usikan tentunya. Namun saya yakin, mereka tidak memiliki tendensi apapun selain setor cinta kepada Allah dan Kanjeng Rosul melalui tanduran bernama Gambang Syafaat. Juga saya yakin, mereka sudah memiliki ketersambungan hati dengan sing mbaurekso hingga Allah-pun menyayangi mereka dengan memberi syafaat di tengah ruwetnya kehidupan kota.

Selamat Ulang Tahun Gambang Syafaat, semoga terus istiqomah menebar cinta dan ketersambungan hati pada setiap yang hadir melingkar menghirup aroma tanah Masjid Baiturrahman.