blank

Emha Ainun Nadjib bukan hanya Manusia biasa yang banyak orang di luar sana mencoba untuk memberikan title-title yang tersematkan pada sosok nama beliau. Namun lebih dari itu, Beliau adalah ‘Hutan Oksigen’ bagi kita manusia yang terlalu banyak menghirup asap-asap kebuntuhan akibat kebakaran yang sengaja disulut di bagian Lapisan bawah. Beliau adalah psikiater bagi mereka yang mentalnya mulai dihancurkan oleh keadaan yang semakin semrawut ini. Beliau adalah Si Mbah bagi cucunya yang mulai terpengaruh oleh kebudayaan yang semakin tidak jelas dalam mengajarkan tujuan hidup sesungguhnya.
Si Mbah yang tak segan-segan memarahi cucunya apabila mereka telah melewati batasan sebagai cucu, anak bahkan hambanya Tuhan. Si Mbah yang selalu Siap siaga memantau perkembangan anak-anak bahkan cucu-cucunya sebagai penerus peradaban umat manusia. Si Mbah yang selalu tak henti-hentinya memberikan nasihat-nasihat bagi cucunya untuk selalu kuat menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan datang dalam hidupnya.
Si Mbah yang terus bertirakat, berpuasa untuk para penerusnya. Si Mbah yang terus-menerus menutup mulutnya akan kesakitan, kesengsaraan, kesepian, kesedihan bahkan kepahitan yang mungkin sedang dialami sekarang. Si Mbah yang tak putus-putusnya memanjatkan doa bagi umat manusia.
Oh Si Mbah, Tak bisa Kita hitung berapa ribu nasihat yang telah engkau berikan kepada kami cucumu. Nasihat untuk kami agar tak pernah mengecewakan Allah dan Rasul-Nya. Nasihat agar kami tak pernah gentar menghadapi apapun di dunia ini. Nasihat untuk selalu menjadi seorang anak yang memahami orangtuanya dengan sangat baik. Nasihat untuk tak mudah bersedih atas semua kegagalan yang kita alami. Satu diantaranya engkau pernah berdawuh, “Tuhan tidak memaksamu untuk menjadi orang sukses, namun Tuhan hanya menyerumu untuk tidak berhenti berusaha”. Satu pesan dari beribu pesan yang engkau berikan pada cucumu untuk bekal kami menghadapi dunia yang semakin terbolak-balik cara berpikirnya. Mental kami sedang didewasakan oleh keadaan amburadul yang terjadi di nusantara ini Mbah, mental kami mulai dihancurkan dan diracuni oleh cara pandang kehidupan yang semakin nyeleneh Mbah.
Bantu kami untuk kembali pada jalan kesunyian yang sesungguhnya, Bantu kami menggapai syafaat Rasullulah Nur Muhammad SAW, bantu kami bahagia dengan cintanya Allah SWT. Ilahi anta maqshudi, dan hamba ridho dengan ketetapan atas diriku ya Allah.
Sugeng ambal warsa ingkang kaping 70 tahun Mbah Nun. Sebuah Angka yang telah secara langsung Allah gambarkan pada surah At-Taubah ayat 80 seperti itu pula engkau telah banyak melakukannya demi merayu Tuhan atas dosa-dosa yang telah kami lakukan. Semoga di angka 70 ini Allah akan tidak segan untuk memberikan seribu pitulungan dan tercapailah semua keheningan dan keselarasan atas semua keributan yang terjadi. Mugi tansah pinaring sehat selalu Mbah. kehidupan masih panjang untuk sebuah pertemuan dengan yang sejati. Kami cucu mu berdoa semoga yang menjadi doamu selama ini bisa Allah segera wujudkan. Terimakasih Mbah untuk semua yang telah engkau lakukan untuk kita semua.
Kami sudah tidak bersedih wahai kekasih, Ku tau hati ini memang sedang perih, namun semua telah ku hadapi dengan kejernihan, hingga sekarang ku tak lagi terbiasa untuk merintih-rintih. Inilah jawaban atas syair Lahtazanu yang engkau buat untuk kami Mbah. Kami berharap kita semakin kuat menghadapi apapun yang datang menghadang langkah kami, untuk menemukan Dia yang Sejati.