blank

“Allah tidak menciptakan apapun kecuali untuk keindahan.”

Ada sebuah adagium yang mengatakan bahwa a bad news is good news, sebuah berita buruk adalah berita yang baik, kita dapat menilik dunia media kita sendiri, dimana-mana berita buruk menjadi sebuah dagangan yang laris untuk kalangan masyarakat, berita tentang kematian, banjir, kebakaran, dan bencana lainnya.

Inilah fenomena yang terjadi jika kita melihat berita-berita yang diliput oleh media, kendatipun a good news is good news ada, akan tetapi, jumlahnya sedikit bila kita menengok media sosial.

Ketika pandemi hadir di tengah khalayak, media memberitakan virus itu dengan membabi-buta, hampir setiap hari berita meliput virus yang katanya mematikan itu, seburuk itukah pandemi? sehingga kita lupa akan keindahannya?

“Carilah keindahan di keadaanmu seberapapun.”

Sebelum pandemi, ketika ada sebuah band mengunjungi Sinau Bareng bersama Mbah Nun, lalu menyanyikan sebuah lagu untuk jamaah Maiyah, kemudian Mbah Nun mengatakan “carilah keindahan di keadaanmu seberapapun.”

Maiyah mengajarkan keindahan serta-merta memberinya pula, ketika pandemi hadir, keindahan juga hadir, pandemi itulah keindahannya, mengapa? Seperti ungkapan Mbah Nun, “Allah tidak menciptakan apapun kecuali untuk keindahan.”

Hadirnya pandemi adalah pertanda, jelas bahwa tak ada yang sia-sia dari segala sesuatu yang Tuhan ciptakan, hingga banyak orang merenung, mentadabburi lagi arti dan makna, kebersamaan, keindahan, bahkan cinta. Seperti kata Mbah Nun “Temukanlah keindahan di dalam keadaan apapun yang kamu terima dari kehidupan.”

“Temukanlah keindahan di dalam keadaan apapun yang kamu terima dari kehidupan.”

Kemudian di tempat-tempat ibadah diberi jarak, mungkin pandemi ingin ikut beribadah dengan kita, juga bersujud kepada Tuhan yang kita sembah, seperti sebuah ayat: semua yang ada di muka bumi dan di langit bertasbih kepada Allah subhanahu wata,ala.

Makhluk mikrobiologi itu sungguh indah, selalu membelah dan membelah, makhluk Tuhan yang ghaib itu menjadi bermacam-macam variasi, tiba-tiba selalu ada yang baru dari pandemi, kita pun dengan sekoyong-koyong menerima arti rindu yang baru, dunia yang baru, keadaan yang baru, seperti, dunia fitri kembali.

Oleh karena itu, sulit menemukan yang tidak indah dari makhluk Tuhan ini, sehingga akhirnya mencintainya, dan mungkin di antara kita meyakini, barangsiapa mencintai mahluk Tuhan, seakan kita mencintai Tuhan itu sendiri, dan Tuhan pun mencintai mahluk, yang mencintai sesama mahluknya. Dari makhluk sekecil itu pun, kita bisa belajar keindahan cinta.