blank

Entah apa sudah yang terlintas dalam hati saya ini, di bawah suasana mendung gelap yang diguyur hujan deras, saya tetap meniatkan hati saya untuk berangkat menuju Milad Ke-7 Maneges Qudroh di kota Magelang. Sepanjang jalan dari tempat saya berdomisili selalu diberkahi oleh guyuran air hujan, sempat sejenak saya berhenti di kota Demak untuk menghampiri teman untuk saya ajak ke kota Magelang. Sekitar kurang lebih 120 kilometer yang harus kami tempuh pada waktu itu, untuk sampai tempat dimana akan dilangsungkan acara Milad Ke-7 Maneges Qudroh.

Berjalan dengan mengendarai sepeda motor menyusuri lembah, bukit dan juga hutan di daerah selatan kota Demak sampai kota Ungaran, karena kami tidak ingin melewati ruwet dan macetnya Kota Semarang. Suasana ciptaan Yang Maha Kuasa memang begitu indah ketika melihat dan melewati jalan pintas tersebut. Dari kota Ungaran menuju kota Temanggung suasana terlihat hujan baru saja berhenti turun. Sungguh besar kuasa-Mu Yaa Allah, pemandangan gunung-gunung yang indah dan berdekatan selepas hujan waktu itu yang masih di sekelilingi oleh awan mendung di kota Ambarawa. Jarang-jarang sekali suasana seperti itu dilihat kepada mahkluk ciptaan-Mu ini Yaa Allah.

Di jalanpun kita juga belajar, bahwasanya kita sebagai mahkluk ciptaan Tuhan juga harus belajar kepada alam. Terhadap kebaikan Tuhan yang selalu kita dapatkan hari ini, besok dan seterusnya tetap harus kita syukuri, sekecil apapun harus bersyukur alhamdulillah. Sebagai mahkluk ciptaannya kita juga harus pandai-pandai bersyukur. Kadang niat kita berhenti dan istirahat di pinggir jalan kemudian menghubungi seorang teman, kebetulan rumahnya dekat lalu mengajak kita mampir di tempat yang ia singgahi. Padahal niat kita hanya menghubungi untuk kami ajak berangkat bersama, namun dengan ajakannya untuk mampir ke rumahnya tidak mungkin kami tolak. Akan lebih baik bila kita selalu menambah kerabat dan juga bisa bersilaturahmi dengannya dan teman-temannya.

Kami ngobrol sambil menikmati kopi di bawah suasana dinginnya Kota Temanggung. Sekitar satu jam saya istirahat di rumah teman saya, sebelum kami pamitan melanjutkan perjalanan, kami juga ajak bareng menuju kota Magelang, tapi ia sudah janjian sama JM dari Kota Salatiga juga akan menuju Milad Ke-7 Maneges Qudroh. Kemudian perjalanan lanjutkan kembali. Sebelum sampai Kota Magelang saya berhenti di bengkel motor, karena saya mendengar suara besi bergesekan ketika saya menginjak rem belakang, ternyata kampas rem saya habis. Saya meminta tolong kepada pemilik bengkel motor tadi untuk mengganti kampas remnya, lalu pemilik bengkel malah bilang kalau bengkelnya sudah mau tutup dan karyawannya pada sudah tidak mau mengerjakannya lagi. Lalu saya tidak berpikir panjang, saya hanya beli kampas remnya, kemudian pinjam alatnya saja untuk saya ganti sendiri.

Nasib memang belum mujur waktu itu, sudah hujan deras mengguyur lagi, masih baut di bagian kampas remnya tidak bisa dibuka alias londot. Saya coba akal berkali-kali sampai satu jam tetap tidak bisa di buka. Pada akhirnya saya putuskan tidak memakai rem belakang saja. Tidak ada rasa panik kalau nanti ada apa-apa lagi di jalan, semua sudah saya niati dengan semangat menuju Kota Magelang meski hujannya semakin turun deras. Sampai di Kota Magelang pun saya mencari-cari lokasi acaranya di daerah Muntilan, sempat bertanya dua kali kepada orang yang berada di pinggir jalan, ternyata kami sudah dekat dari lokasi acara, sekitar satu kilometer dari jalan raya Magelang-Yogyakarta. Sampai di lokasi hujan pun belum berhenti juga, tampak semua penggiat sudah sibuk mempersiapkan semua apa yang seharusnya disiapkan.

Kami juga bertemu sedulur-sedulur dan para JM dari Banjarnegara, Purworejo, Sleman dan Yogyakarta. Tidak lupa sebagai upah lelah kami di perjalanan dan sebagai rasa syukur saya sampai di lokasi, saya berjabat tangan dengan semua yang saya temui. Hujan sempat berhenti sejenak pada malam itu, para JM mulai berdatangan tidak tahu dari mana saja yang hadir, yang jelas mereka semua hadir juga untuk nyengkuyung Miladnya Maneges Qudroh yang ke-7. Bukan masalah antar kota antar provinsi atau antar kota dalam provinsi. Dan bukan untuk sekedar unjuk gigi dengan JM yang lainnya, namun secara nyata mereka semua benar-benar berhijrah. ”Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” (An-Nahl: 41).

Tidak hanya sedikit yang Mbah Nun dan Gus Sabrang sampaikan, banyak ilmu-ilmu dan bekal-bekal hidup yang diberikan untuk kita. Yang paling saya ingat ketika Mbah Nun berbicara adalah jangan pernah menyerah. Menyerah dan tidak menyerah itu terlihat dari tujuan dan caranya. Karena tujuan dan cara juga bermuara kepada tidak menyerah, tetapi menyerahlah hanya kepada Allah saja, selain kepada Allah jangan pernah menyerah. Apalagi Maiyah sampai sekarang ini apa pernah menyerah, yang jelas sampai saat ini Maiyah juga jangan pernah menyerah. Gus Sabrang juga menyampaikan, dalam menghikmahi segala sesuatu juga harus melibatkan Allah, segala hikmah baik positif maupun negatif tetap harus melibatkan Allah. Di dalam menghikmahi segala sesuatu juga harus mencari apa yang benar bukan siapa yang benar.

Dipuncak acara sekitar pukul 01:00 WIB, hujan pun terus mengguyur pada malam itu, namun para JM tidak mau mengurangi keikhlasannya untuk membersamai Mbah Nun untuk memotong tumpeng, kemudian Mbah Nun membekali doa untuk Maneges Qudroh dan juga bagi yang memakan tumpeng tersebut, lalu ketiga tumpeng tadi dikasihkan kepada para JM untuk dimakan bersama sebagai ucapan syukur kepada Allah yang telah membimbing Maneges Qudroh selama 7 tahun ini dan juga diiringi shalawat Hasbunallah oleh Mbah Nun. Saya juga terharu ketika melihat Mbah Nun yang umurnya sudah tua, masih berendah hati dan rela hujan-hujan hanya demi berjabat tangan dengan para anak dan cucunya pada malam itu sampai masuk mobil sekalipun.

Lalu perjalanan kami lanjutkan untuk istirahat di tempat teman saya di Kota Magelang, kami di ajak mampir dulu ke rumah teman saya tadi untuk menambah paseduluran lagi. Pada akhirnya kami tidur di sana sampai pagi tiba, kami juga turut di kasih suguhan makanan di rumahnya. Tetap masih dalam rangka suasana hujan, kami kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang. Tanpa rem belakang saya pun berani sampai menuju tempat kita masing-masing, karena bekal dari Mbah Nun memang pantas saya dapatkan hari ini, hari esok dan seterusnya. Di dalam kata hati saya waktu itu hanya semangat menolak menyerah, tentu niat semangat menolak menyerah saya tetap melibatkan Allah Yang Maha Menentukan semua ini, karena hanya Allah Yang Maha Tahu apa yang akan terjadi dengan diri kita di kemudian hari dan setiap hari kita juga perlu bimbingan Allah Ta’ala.

Di bawah guyuran hujan yang terus menerus di sepanjang jalan pergi pulang sejauh kurang lebih 340 kilometer dari tempat saya sampai tempat saya berdomisili lagi. Alhamdulillah tidak menyurutkan langkah ini sekalipun, saya tetap melanjutkannya. Sampai bertemu kembali para JM di ruang dan waktu yang sama.

Jepara, 9 Februari 2018