blank

Jamaah Maiyah mulai merapatkan diri sejak pukul 20.30, Gambang Syafaat tanggal 25 Agustus 2016 masih terasa suasana hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-71. Acara diawalai dengan salam pembukaan dilanjutkan dengan tadarus yang disampaikan oleh Kang Umam yang mengalunkan Surah As-Sajaddah (QS: 32, juz 21), sesuai dengan tema malam ini “Kalkulasi Sujud”. MC yang biasanya dibawakan oleh Kang Dur, digantikan oleh Kang Jion karena Kang Dur berhalangan hadir awal.Tanpa mengurangi keceriaan dengan absennya Kang Dur, Kang Jion meminta jamaah untuk maju merapat menghangatkan kebersamaan tanpa sekat dan perbedaan. Munajat Maiyah yang berisi Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas dan Ayat Kursi. Takbir, tahmid dan takbir menggema, dan dilanjutkan shalawat Nabi dipersembahkan untuk Junjungan Agung, Rasulallah Muhammad SAW, para Nabi, Wali Allah dan Auliya serta kegembiraan seluruh jamaah dan keluarga.

Kang Em Ali, yang menyebut dirinya sebagai pemantik mempersilahkan Kang Muhajir untuk membacakan monolog untuk memprologi diskusi.“Berkenaan dengan sujud, suatu malam saat jarum jam terdengar berisik datanglah sebuah bayangan, yang harusnya diiringi munculnya seberkas cahaya.Hai sosok, tampakkanlah dirimu, siapakah dirimu?“ Namaku sujud”. Ehmmmm, bukankah sujud menggambarkan sebuah peristiwa dalam sholat ?“Aku datang pada kalbu manusia, malaikat, hewan, tumbuhan, dan mahkluk yang memiliki kesadaran kemakhlukannya.Saat hijab-hijab menyingkir, saat makhluk dan Sang Khaliq menyatu dalam sebuah frekuensi”. Setahuku ada berbagai macam sujud, sujud sahwi (saat manusia tidak yakin atau lupa), sujud syukur (kesadaran ataskonsistensi  Allah yang memberi nikmat) dan sujud tilawah (sujud saat membaca Quran dan bertemu dengan ayat assajdah). “ Ya, semua itu bagian dariku, selama dalam hati mahkluk ada getaran gelombang dan sefrekuensi dengan Tuhannya”. Apakah ada suatu keadaan yang mewajibkan sujud? Karena orang sholat belum tentu sujud, jika hatinya masih terpaku dengan selainNya, dia  tidak benar-benar mengalami peritiwa sujud.

gsagst-1

Kang Em Ali memulai diskusi dengan memberi pancingan-pancingan, Sujud adalah peristiwa yang membutuhkan lawan, yaitu ada yang “sujud” dan ada yang “disujudi”. Sujud merupakan peristiwa yang tidak berdiri sendiri, tidak seperti bersin yang mrupakan peristiwa tanpa lawan. Sebuah nilai peristiwa/objek ada yang “tersaji” dan ada yang membutuhkan pendalaman/kalkulasi. Jika orang menemukan sesuatu dengan kalkulasi atau pendalaman, maka akan menemukan “keyakinan” yang tak tergoyahkan. Ada cerita tentang pilot dan penumpangnya. Seorang pilot memiliki kemampuan untuk melakukan kalkulasi atau perhitungan yang cermat terhadap segala sesuatu yang mempengaruhi kelangsungan penerbangan, sementara penumpang hanya pasrah (karena ketidaktahuannya). Ternyata pilot pun yang sudah memiliki kalkulasi sedemikian rupa tentang penerbangan juga “pasrah” bahwa keselamatan ada yang lebih berwenang. Karena penguasaan teknis tidak menjamin keselamatan. Hal ini merupakan bentuk sujud dari sang pilot. Sedangkan sujudnya penumpang adalah kepasrahan karena tidak mengerti sama sekali perihal pesawat. Dengan guyon Kang Em Ali memberi contoh lain, dia mengatakan bahwa semua wanita itu cantik, bedanya ada yang tersaji, langsung di tangkap indera, ada yang butuh pendalaman/kalkulasi, dimana kecantikannya.

Sebelum pembahasan dilanjutkan MC mempersilahkan grup musikalisasi “Biskuit Time” untuk memberikan nuansa keceriaan, namun karena ada masalah teknis dilanjutkan pembahasan oleh Gus Aniq. “ ketika Nabi Adam diciptakan Allah SWT, dan diciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam. Iblis diciptakan dari api dan Malaikat dari Nur atau cahaya. Ketika Allah memerintahkan seluruh makhluk yang ada saat itu untuk sujud pada Adam, kecuali Iblis karena merasa diciptakan dari zat yang lebih baik dari Adam.Iblis adalah pembangkang pertama dalam hal per sujudan.Iblis mengkalkulasikan perintah sujud dan atas kalkulasi menurut iblis manusia tidak patut disujudi, sehingga perintah sujud tidak dilakukan. Allah SWT memutuskan Iblis untuk menjadi penghuni neraka karena pembangkangan dan kesombongan yang dilakukannya, dan Iblis menggugat dan bersumpah akan menggoda Adam dan seluruh anak keturunannya agar ikut menjadi penghuni neraka.

Sujud secara takriyah, takrimah bentuk penghormatan, sebagai bentuk penghambaan diri, menundukkan diri secara terus menerus. Jagat raya tunduk kepada Allah SWT dan manusia ada kecenderungan untuk membangkang. Bentuk sujud manusia bisa dimanifestasikan oleh “peradaban”, peradaban sujud. Ketika kita bertemu orang yang mulia seperti para Ulama, maka perilaku menundukkan diri, dilakukan sebagai bentuk penghormatan. Suatu ketundukan disebut “sujud” namun tergantung siapa yang disujudi? Ketundukan yang absolute atau tidak, tergantung hati pesujud.

Sujud menghasilkan tasbih, tahmid dan takbir sebagai bentuk mengagumi, dan mensyukuri kekuasaan Allah SWT dan mengakui kekerdilan di hadapan Allah SWT. Mengkaji tentang peristiwa ada yang bersifat Khalaqa’ dan Ja’ala, khlaqa’ peristiwa yang merupakan hak prerogative Allah danada peristiwa yang ada campur tangan manusia, contohnya peristiwa bertemunya sel telur dengan sperma dalam proses penciptaan manusia. Namun dalam proses selanjutnya adalah khalaqa’, terbentuknya segumpal daging, ditiupkan ruh sampai terlahir di dunia adalah murni wewenang dan hak Allah SWT.  Hal ini merupakan kekuasaan Allah mutlak yang harus dikalkulasikan juga. Manusia tunduk, merendahkan diri melalui peritiwa sujud bersama seluruh makhluk dan jagat raya.

gsagst-2Pembahasan dilanjutkan oleh mas Agus, tentang hakikat keadilan Allah terhadap mahkluknya. Termasuk pada Iblis sekalipun, yang notabene adalah mahkluk yang “terlaknat”. Iblis adalah ciptaan Allah yang tertua, yang dulunya adalah malaikat tua dengan berbagai julukan salah satunya julukan Idajil. Dan tugas atau julukan barunya sebagai iblis yang diberi tugas menjadi sparing partner manusia. Untuk mempertahankan kepatuhannya kepada Allah terhadap tugas barunya, dia meminta perangkat baru kepada Allah.  Alif (tegak) rajanya api, manusia ketika lahir ada unsur apinya, ada air, udara. Tergantung komponen mana yang paling dominan yang memimpin dirinya. Jika yang dominan adalah unsur api, maka nafsunya lebih membumbung dan mempimpin. Sehingga alif ditegakkan, padahal alif adalah sifat dan hak Allah SWT. Ketika akhirnya manusia masuk neraka, itu karena unsur api yang menarik kedalamnya. Naluri api tidak mau sujud, membungkukan badan tetapi tetap tegak dengan angkuh. Namun dalam diri manusia ada sebuah keseimbangan yaitu serpihan Mulk dalam dirinya (serpihan kekuasaan Allah langsung ) untuk memimpin empat unsur dalam dirinya, pada sifat dan karakteristiknya bukan pada wujudnya untuk tunduk dan menghamba pada Allah SWT. Ketika manusia berdiri dalam sholat, kita sedang menyapa api dalam diri kita, rukuk menyapa angin menyaksikan keagungan Allah, I’tidal ke sujud menyapa air dan sujud kita sedang menyapa tanah dalam diri kita. Jika kita mampu menempatkan keempat unsur tersebut secara tepat sesuai dengan fungsi dan hakekatnya, maka kita mampu menebarkan “salam”, keselamatan bagi sesama manusia dan semesta alam.

Malam semakin larut, namun suasana semakin hangat dan “on” antara hati dan pikiran para jamaah. Kang Dur MC tetap di acara Gambang Syafaat datang meramaikan suasana dengan guyonan khasnya, memperkenalkan kembali para pembicara, diselingi guyonan disambut gelak tawa jamaah. Lanjut break music oleh Biskuit Time, alunan puisi dalam nada yang indah mengalun syahdu seindah malam kebersamaan hati yang bersujud.

Sesi diskusi dipandu Kang Em Ali, dipersilahkan kepada jamaah maiyah Gambang Syafaat yang ingin member respon. Pertama Agus dari Demak, pertanyaan terkait dengan yang tersaji dan tersembunyi dari sisi pandang, sudut pandang, resolusi pandang. Kalkulasi termasuk yang proses mana? Apakah sisi pandang, sudut pandang dan cara pandang adalah proses pendalaman ? Pertanyaan kedua dari mas Samsul dari Jepara, yang sedang dalam proses pencarian. Pertanyaan kepada Mas Agus, terkait dengan unsur tanah dan filosofi tanah dalam diri kita? Yang Ketiga Mashuri dari Kendal yang baru mengenal maiyah, kenapa harus bermaiyah? Artinya maiyah apa dan gambang syafaat itu artinya apa?.

gsagst-3

Sesi pertama dengan tiga pertanyaan direspon oleh Mas Sabrang tentang sudut pandang, cara pandang. Diibaratkan kita memotret gajah dari sudut pandang yang berbeda, satu obyek dilihat dari berbagai jarang pandang yang berbeda akan menghasilkan gambar yang berbeda pula. Sementara resolusi pandang, adalah kualitas dari alat pemotretnya atau kameranya. Ada yang memahami secara detail, ada yang permukaan atau kabur. Jarak pandang, ada yang jauh konteks yang sebenarnya bukan karena tidak benar tetapi karena jarak pandangnya yang memang berbeda. Dan semakin banyak cara memandangnya yang berbeda, semakin kaya kita mampu melihat kebenaran dari berbagai sudut pandang yang akhirnya mempengaruhi kedewasaan cara berpikir kita dalam melihat kebenaran. Sudut pandang, jarak pandang, dan resolusi pandang adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kita melihat sebuah “kebenaran” dengan banyak warna dan potretnya. Sehingga kebenaran bisa dilihat dengan skala yang lebih luas. Kemudian untuk pertanyaan ketiga, tidak ada yang mewajibkan ikut maiyah, yang penting ikut Kanjeng Nabi.Titik. Sedangkan terkait dengan unsur-unsur tanah, air, udara, dan api itu adalah amsal tentang ilustrasi kehidupan dan diri manusia, dan untuk memahami konsep “Ketuhanan” dan sifat-sifat Ketuhanan.

Mas Agus melanjutkan pembahasan, tanah memiliki percontohan bentuk kasih sayang yang akurat yang mudah ditangkap, beda dengan unsur yang lain seperti udara yang tak terlihat. Sunatullah tanah/lemah, tanah memberikan contoh pengabdian yang total yang menumbuhkan benih-benih yang bisa dinikmati mahkluk lain. Ketika berubah bentuk dan letaknya memiliki fungsi yang representative dengan kehidupan manusia, karena manusia memiliki anjuran untuk mengabdi sesuai dengan bentuknya, atau perannya masing-masing. Yang paling penting adalah bagimana masing-masing peran bisa dijalankan dengan sebaik-baiknya untuk memberikan manfaat. Om Budi melengkapi bahwa sujud adalah output dan inputnya adalah iman, dan iman itu outputnya adalah tunduk dengan aturan Allah SWT. Om Budi sebagaimana biasa, tidak langsung menjawab pertanyaan jamaah, jamaah diajak mentadabburi cerita, cerita istri yang patuh kepada suami atas dasar motivasi patuh kepada Allah yang memerintahkan istri harus patuh kepada suami.

Dilanjutkan pertanyaan yang keempat dari Abi wardana dari Surabaya, artinya belajar iklhas dari Iblis dan belajar ketaatan dari malaikat Jibril. Bisakan kita menemukan Allah tanpa Nabi Muhammad. Dan apakah perbedaan berdoa dengan membaca doa?. Pertanyaan berikutnya dari Umam asal Jember mengajak taddabur ayat surat As sajaddah, yang intinya orang yang menyesal masuk neraka yang ingin kembali ke dunia. Dalam konteks surat tersebut sudah ditentukan akhir perjalanan manusia baik surge maupun di neraka, dimanakah letak kasih sayang Allah kalau semua sudah ditentukan?.Pertanyaan dari Andi (Batang), tentang mimpi Nabi Yusuf dimana bintang, bulan bersujud. Dan tentang cara menghormati seseorang secara tepat, dilihat darimana?

Pembahasan oleh Kang Aniq, surah An Nasr tentang kerugian manusia, bahkan sekalipun nanti masuk Syurga. Ibnu A’rabi menjelaskan bahwa penciptaan neraka sekalipun dibuat atas nama cinta. Maka jika mau beramal ya beramal baik saja, tanpa mengharapkan syurga atau takut neraka, yang penting adalah keridhoan Allah SWT, titik. Dan syurga itu adalah bentuk hadiah dari amal sholeh bukan sebuah tujuan. Manusia adalah “insan” artinya “harmoni” yang menciptakan keharmonisan. Ukhwah insaniyah, menciptakan keharmonisan-keharmonisan. Unsur tanah yang sebenarnya adalah “ngademi” membuat adem yang menciptakan keharmonisan. Mas Sabrang membahas tentang bab ikhlas. Tingkatannya adalah diawali sabar, kemudian berprasangka baik, di atasnya lagi bersyukur (menemukan hal yang baik apapun itu), dan harus meletakkan pada sebuah sikap dan puncaknya adalah ikhlas, dimana tidak perlu mencari-cari alasan tentang menjalani sebuah kesabaran, berprasangka baik dan bersyukur karena semuanya sudah otomatis. Bukan lagi mencari hikmah tetapi menciptakan hikmah. Nah belajar ikhlas dari Iblis adalah kerelaan dilaknati oleh seluruh makhluk dari segala sebutan buruk yang dilabelkan padanya. Sedangkan malaikat adalah makhluk dengan kepatuhan yang total pada Allah SWT tanpa syarat. Bagaimana cara mencintai Tuhan dengan segala ketidakpantasan kita? Yang paling penting adalah proses dan usahanya dalam mencintai Tuhannya. Pertanyaan terakhir dari mas Imron dari Mranggen, sedetail apa catatan hidup kita di Lauhuul mahfuz? Bagaimana kita menempatkan diri kita sebagai apa? Untuk meningkatkan diri ke maqom syukur?. Dan dijawab oleh mas Sabrang bahwa semua sudah tertulis dalam sebuah program, tidak ada yang tiba-tiba ada. Ibaratnya dalam permainan winning eleven, semua kemungkinan sudah disiapkan, anda sedang memainkan dan memilih kemungkinan yang telah ada. Dan semua apa yang kita lakukan dan kita pilih sudah tertulis secara detail oleh Allah SWT. Dan nasib kita adalah pilihan kita sendiri, segala kemungkinan kejadian tak terbatas, sedangkan kita dibatasi oleh “hijab” atau keterbatasan-keterbatasan. Pilihan itu ketika kita menemui suatu kejadian dan kita melihat dan memandang hal tersebut sebagai hal positif atau negative. Pandangan kita bahwa semua kejadian sebagai hal yang positif adalah hal yang membuat kita menjadi dekat dengan Tuhan. Pilihan tergantung pada persepsi kita terhadap sebuah kejadian, dan hidup kita tergantung pandangan kita dalam hidup, yang akhirnya menentukan jalan hidup kita selanjutnya.

Malam semakin larut tidak terasa Gambang Syafaat memasuki akhir acara, diskusi malam itu semoga memberikan manfaat menjadikan kita menjadi “pesujud” sejati, pesujud yang telah mendalami dengan kalkulasi/perhitungan/pendalaman matang sebuah peristiwa, pesujud yang memahami sudut pandang, jarak pandang, cara pandang untuk menemukan sebuah kebenaran sehingga mensujudkan diri secara sempurna kepada Allah SWT, satu-satunya Dzat yang berhak disujudi tanpa kemudian terjebak menghitung hitung sujudnya, sebab sujudnya adalah bukti syukur dan ridho kepada Allah. Acara ditutup dengan lantunan “Shohibul Baiti” dengan kesujudan hati masing-masing.

(/aini-Red)