blank

Perkembangan teknologi selama tiga dasawarsa akhir sangat cepat dan menyebabkan perubahan di berbagai segmentasi kehidupan. Teknologi sesungguhnya suatu alat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas. Tiga puluh tahun lalu, manusia berkomunikasi jarak jauh hanya menggunakan surat. Berbeda dengan era sekarang, komunikasi jarak jauh mudah dilakukan dengan berbagai aplikasi yang tersedia di gadget. Perbandingannya tentu berbeda jauh dari segi waktu, fitur, dan kemudahan yang jauh lebih berkualitas teknologi mutakhir.
Tidak hanya bidang komunikasi saja, perkembangan teknologi berdampak juga dalam bidang pendidikan. Masa pandemi 2020 kemarin, menjadi momentum peran penting teknologi dalam proses pendidikan di seluruh dunia. Dengan adanya teknologi, proses pendidikan di Sekolah dan Universitas dapat terus berlangsung walaupun dilakukan dengan jarak jauh. Akhir-akhir ini, publik dihebohkan dengan munculnya artificial intellegence dalam bentuk aplikasi Chat GPT. Teknologi baru ini seakan tahu semua hal yang berkaitan dengan pengetahuan, ditambah lagi informasi yang diberikan detail dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Sesungguhnya, artificial intellegence atau kecerdasan buatan adalah sistem yang bekerja dan berpikir seperti laiknya manusia. Kemampuan artificial intellegence berasal dari kombinasi sistem logaritma, machine learning, deep learning, dan natural languange processing, untuk membuat program yang dapat mengambil keputusan, memahami bahasa, dan melakukan tugas tanpa bantuan manusia. Artinya, artificial intellegence membaca logaritma dari media sosial dan internet secara keseluruhan. Sehingga, artificial intellegence mempunyai data mengenai berbagai hal yang ditanyakan dengan ketepatan jawaban 80%.
Secara normatif artificial intellegence tidak sepenuhnya menjadi pesaing kecerdasan alamiah manusia. Artificial intellegence dapat menjadi mitra atau alat yang berguna bagi manusia, di antara fungsi artificial intellegence bagi manusia adalah meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi human eror, menambah wawasan, menghasilkan penemuan baru, akurasi data yang akurat, menganalisis data secara holistik, dan lain sebagainya.
Artinya, teknologi ini dapat menjadi suatu alat bagi manusia untuk bekerja dan belajar lebih cepat dan tepat, tergantung subjek yang menggunakan. Artificial intellegence jika digunakan untuk sesuatu yang berkaitan dengan ilmu dan kemaslahatan bersama maka akan berdampak positif bagi individu. Tuhan melalui firmannya “wa alladzina uutul ‘ilma darojat”, Tuhan akan meninggikan orang berilmu beberapa derajat. Maknanya adalah kecerdasan buatan (artificial intellegence) adalah suatu upaya dari manusia untuk membuat manusia lain mengupayakan kecerdasan dan wawasan keilmuan mereka melalui artificial intellegence secara bijak.
Dalam ranah kecerdasan spiritual untuk selalu terhubung dengan Tuhan, terdapat jalan untuk menuju Tuhan yakni dengan iman. Iman bermakna tashdiq, membenarkan, percaya, meyakini sepenuh hati. Konteks iman yang dibahas adalah iman kepada Tuhan dan rukun iman yang menjadi pedoman umat Islam. Kualitas iman sesungguhnya berbeda-beda setiap manusia, hal tersebut karena iman juga memiliki sifat elastis kadang naik dan kadang turun tergantung manusianya. Sejalan sabda Nabi Muhammad SAW, “Al imanu yazidu wa yanqush, yazidu bith tho’at, yanqushu bil ma’shiyat” iman itu bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Atas dasar al-imanu yazidu wa yanqush, maka diperlukan upaya untuk menstabilkan iman, salah satunya dengan artificial iman (iman buatan). Artificial iman, dalam konteks ini adalah upaya untuk stabilisasi iman dengan cara melakukan ibadah wajib dan sunah serta dzikir mengingat Tuhan. Artinya, manusia berusaha untuk membuat iman mereka agar selalu stabil dengan usaha-usaha ibadah dan dzikir. Dengan demikian Artificial iman bermakna positif dalam menunjang stabilisasi iman untuk tercipta kecerdasan spiritual yang selalu terhubung kepada Tuhan.
Pada dasarnya kualitas kecerdasan dan keimanan adalah hal yang dapat ditingkatkan. Hadirnya artificial intellegence harus diimbangi dengan program artificial iman, karena sesungguhnya dua hal itu adalah jalan, cara, dan metode untuk meningkatkan kualitas kecerdasan dan keimanan manusia. Sesungguhnya kualitas kecerdasan harus diimbangi dengan kualitas keimanan, agar menjadi manusia ulil albab seperti yang dimaksudkan dalam Al-Quran.
Sejatinya artificial intellegence dan artificial iman adalah media manusia untuk berproses menjadi lebih baik dalam ranah keilmuan dan keimanan. Manusia hanya ditugaskan untuk berusaha meningkatkan kualitas keilmuan dan keimanan. Namun, kembali lagi bahwa Tuhan yang menentukan seberapa banyak keilmuan yang dapat diserap otak dan keimanan yang dapat masuk ke relung hati. Karena sesungguhnya pemahaman dan nikmat iman adalah rezeki dan karunia dari Tuhan dengan sifat rahman dan rahim-Nya.
Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan keilmuan melalui artificial intellegence boleh dilakukan selama tidak ketergantungan dan terkungkung cara berpikirnya. Sementara, upaya meningkatkan keimanan melalui artificial iman sangat diperlukan untuk stabilisasi keimanan dengan wujud ibadah dan dzikir kepada Tuhan. Dengan sinergitas antara kesadaran dan kebijaksanaan dalam penggunaan artificial intellegence dan artificial iman memberikan keseimbangan bagi manusia untuk hidup sejahtera di dunia dan di akhirat kelak, menjadi manusia ulil albab dan bertakwa.

blank
Muhammad Nabhan Fajruddin, merupakan mahasiswa UIN Walisongo Semarang yang juga aktif dalam mengikuti Maiyah Gambang Syafaat Semarang sejak 2019. Penulis lahir di Pekalongan, 6 Novermber 2000, yang memiliki motto ”Man Jadda wa Jada.” Penulis juga aktif dalam menuulis berbagai isyu sosial dan keagamaan di www.kompasiana.com/nabhanfjr sudah ada 13 tulisan yang ditulis dan 6.260 pembaca dalam media tersebut. Penulis juga baru saja menyelesaikan S.1 PAI dengan menulis skripsi berjudul “Pendidikan Akhlak Menghargai Perbedaan Melalui Learaning Community di Maiyah Gambang Syafaat Semarang”