Gambang Syafaat
Gambang Syafaat

Sebagai salah satu jamaah Maiyah yang awalnya kenal secara online, Mbah Nun menawarkan cara berpikir nyaman, santai, dengan taburan humor dalam memandang kehidupan.Pemikiran yang cukup membuatku secara pribadi nyaman ketika menjalani masa-masa sekolah dan kuliah. Ilmu yang ditawarkan tidak ada dalam mata kuliah. Namun menancap dan tepat dalam kehidupan nyata.
Salah satunya ketika bicara soal pendidikan, betapa sempitnya jika pendidikan hanya diidentikkan dengan instansi sekolah atau universitas. Ruang-ruang itu Mbah Nun jelaskan bagaimana seharusnya pendidikan itu dijalankan. Maiyah menjadi jawaban atas absennya ruang-ruang pendidikan, yang bebas dan semua orang bisa dianggap sama. Bermula dari pengalaman itu, semakin membuat penasaran untuk mengenal lebih jauh Mbah Nun dan pemikirannya di ruang-ruang Sinau Bareng serta melalui buku beliau.
Satu hal yang mungkin cukup membekas dalam perjalanan hidupku, nasehat Mbah Nun soal hidup itu harus tau kapan ngegas, kapan ngerem. Sederhana sekali sebetulnya, tapi maknanya luar biasa dalam. Bagaimana tidak dalam, perjalanan kehidupan memang tidak selamanya mulus. Itu sudah menjadi hukum Allah. Karena kita tahu posisi kita, sehingga bisa melewati dengan gas sesuai dengan keadaan yang sedang dijalani.
Jika sedang menemui kerikil-kerikil dan batu harus berjalan lebih pelan namun tetap berjalan. Tidak berhenti atau menyerah dengan keadaan. Sementara ketika menemui jalan yang relatif aman bisa melesat dengan cepat. Dari situ kita paham hidup dengan sesuai posisi yang kita tempati. Sementara terkait politik, cukup sering Simbah menjelaskan Indonesia harus membangun dari kesadaran, tidak perlu mengekor dunia barat. Tujuan dan latarbelakang kita berbeda. Kesadaran dalam ini menjadi kunci. Kesadaran pemimpinnya kesadaran rakyatnya.
Kesadaran inilah yang menjadi kunci untuk membangun manusia Indonesia. Bukan hanya soal pembangunan gedung-gedung tinggi. Namun bagaimana membangun manusia yang berkompeten, sadar akan potensi, dan posisinya.”Di sini itu ayam ingin jadi bebek. Bebek pengin jadi manuk, dan seterusnya,” kata Mbah Nun dalam suatu kesempatan Sinau bareng.
Menggali dan menyadari potensi inilah menjadi satu kunci penting membangun Indonesia. Dan ini yang sering kali ditekankan Mbah Nun dalam beberapa kesempatan. Ketika pandemi Covid-19, Mbah Nun juga secara aktif memberikan wirid kepada anak cucunya, kita semua. Masih teringat saat itu, terjadi kepanikan luar biasa di masa awal pandemi, Mbah Nun dengan caranya menyejukkan kita semua. Menjadikan kita yakin semua atas kontrol dan perlindungan Allah. Begitu juga virus Corona, yang juga merupakan makhluk Allah.
Bahkan ketika pandemi dan kumpul lebih dari empat orang dilarang, Mbah Nun melalui channel caknun.com masih membersamai kita. Maiyah dengan via streaming, beberapa kali juga ada konten tanya jawab dengan jamaah. Duduk-duduk saat Sinau Bareng menjadikan sesuatu yang sangat dirindukan. Ketepatan posisi antara menyampaikan ilmu, hiburan, dan bercanda dikemas apik di simpul-simpul Maiyah. Menjadikan oase di tengah gurun pasir. Kebersamaan itu yang Mbah Nun berikan.
Beliau betul-betul membersamai kita semua, dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Namun disisi lain Mbah Nun juga selalu mengingatkan adanya segitiga cinta. Aku, Rasulullah, dan Allah. Ketika sudah yakin dan bersama dalam segitiga itu, yakinlah jalan akan nyaman.Nyaman bukan berarti enak, tapi nyaman itu kondisi dimana perasaan kita bisa menyesuaikan dengan realita kehidupan yang dijalani, dan menjadikan anak cucunya nyaman dalam berfikir untuk menjalani kehidupan itulah yang dilakukan Mbah Nun.
Di usia ke 70 tahun ini Mbah Nun tak hanya memberikan petuah-petuah namun secara konsisten juga memberikan contoh. untuk tetap produktif di usia yang semakin sepuh. Poin yang mungkin menjadi bukti keseriusan beliau dalam menemani anak cucunya. Tak hanya itu dengan perkembangan dunia yang semakin cepat ini, beliau juga masih mengikuti perkembangan. Sehingga apa yang terlontar dari perkataan Simbah tetap relefan. Bahkan beberapa tulisannya belasan tahun lalu masih sangat dekat jika kita salami dan renungi dalam kehidupan di masa sekarang. Selamat Milad Mbah Nun ke 70, Matur suwun telah membuat kita nyaman dalam berfikir untuk menjalani kehidupan ini.