blank

Mbah Nun. Cak Nun. Emha, EAN. Demikian beliau dikenal setiap orang. Mengawali catatan kecil keterhubungan dengan nama beliau, terlebih dahulu ngaturaken sugeng ambal warsa ke-70 untuk sang guru kehidupan, Mbah Nun. Semoga tetap sehat, tetap semangat, tetap kuat menemani kegelisahan ruang bawah anak cucu Maiyah di belahan bumi mana pun. Al fatihah. Aaminn.
Mbah Nun bukan saja pejuang reformasi yang kemudian putar haluan menapaki jalan sunyi. Betapapun semua tahu, sebelum gerakan itu menjadi kancah perang ideologi yang kemudian berganti pola, Mbah Nun muda telah menjadi inti pusaran arus bawah. Keberpihakan beliau pada wong cilik dikemukakan lewat apa pun saja yang berpontensi mengunjungi akal manusia. Seni teatrikal, puisi-puisi, cerpen, buku-buku, syair lagu-lagu hingga forum terbuka Maiyah.
Maiyah menjadi lingkar pertemuan beliau dengan masyarakat luas, menjadi ruang pelipur, menjadi sarasehan, lesehan, interaksi dua arah yang setiap kalinya memancing teori baru, pengetahuan baru, pecahnya cangkang kebuntuan berpikir, mind blowing dan kelakar hangat bersabahat. Bagi sebagian orang, pertemuan jamaah Maiyah menjadi oase di tengah garang terik kehidupan. Juga menjadi obat bagi kesakitan yang tak bisa diceritakan. Setiap kepala memiliki bilik khusus untuk mencerna makna yang diperoleh dari pertemuan dengan beliau. Baik secara visual maupun virtual. Cara beliau menanam ilmu tidak langsung menjatuhkan biji ke dalam tanah. Melainkan, mengenal jenis tanahnya, menggemburkan dan menyiraminya lebih dahulu, barulah biji disematkan. Bijian itu kemudian mengakar dalam akal, menumbuh batang kesadaran dan seterusnya, dan seterusnya.
Mbah Nun dan kita. Saya lebih senang menyebut beliau guru kehidupan. Pengalaman beliau sepanjang 70 tahun sebagai manusia biasa yang pohon kelapa, manfaat, maslahat dengan nasihat, petuah dan semua yang beliau sampaikan melalui berbagai media tanpa pernah merasa dirinya seorang mursyid. Tanpa pernah merasa beliau butuh murid. Beliau menempatkan diri sebagai kawan, sebagai teman, sebagai orang tua dan sebagai simbah. Seseorang yang akrab dengan kita sehari-hari.
Mbah Nun, saya tidak punya apa pun, untuk barter rasa terima kasih atas keikhlasan panjengengan ngancani kawula alit. Bahkan jika mau lebih eksplisit, ngancani anak cucumu dalam perang badar dengan dirinya sendiri. Sembari terus saya langitkan harap, tetaplah ada, tetaplah sehat, wilujeng, raharja, panjang yuswa. Masih banyak dari kami limbung terombang-ambing di belantara kehidupan seorang diri. Nasihat panjenenganlah tongkat untuk bangkit berdiri. Menatap hari esok berselimut misteri. Jangankan jauh memikirkan masa depan negara, kami hanya perlu penenang jiwa, tetapi juga penegak punggung agar tidak kalap diterpa bencana. Bencana dari kebodohan diri, kedhaliman diri, kejahilan diri dan kedunguan.
Mbah Nun membagi cerita tentang pengalaman, setiap cerita mengandung pelajaran, hikmah dari pengalaman yang dihadapi dengan tangguh. Beliau punya metode memecah persoalan dan menemukan jalan keluar, kuncinya hanya bergantung kepada Allah, gondelan jubahe Kanjeng Nabi, primbon pusakanya Al Qur’an. Hanya itu. Terdengar sangat familiar, bukan? Tapi saya yakin untuk sampai ke level itu, kita harus tertatih-tatih, menata pondasi mentalitas kita berulang kali agar format yang kita cari sesuai dengan koordinat segitiga tersebut. Atau format segitiga Allah, Rasulullah, kita. Ini perihal keyakinan terdalam.
Pengalaman spiritual yang saya alami dengan Mbah Nun terjadi dalam mimpi bertahun lalu, ketika saya berada di fase terendah. Mbah Nun bersama Bu Via mendatangi saya, beliau berdua menyerahkan mushaf hijau yang saya terima penuh haru. Berbulan-bulan kemudian, mushaf dengan tampilan persis sama terbit dan dipromosikan. Saya tidak tahu makna mimpi tersebut dan bagaimana menjabarkan pesan tersirat yang disampaikan beliau berdua. Tetapi satu hal yang saya yakini, ini kunci untuk saya menjalani kehidupan. Semoga dimampukan mengelaborasi pesan-pesan Mbah Nun baik yang tersampaikan secara harfiah maupun yang terirat.
Semoga Mbah Nun sekeluarga pinaringan sehat, terus menjadi pion, menjadi dian, menjadi sifa bagi anak cucu Maiyah di mana pun berada. Aamiin.

Kwai Hing, Friday, June 9, 2023