blank

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sebagai seorang muslim, kita memiliki suri tauladan, tokoh kemanusiaan yang idealnya kita sangat bisa untuk mewarisi sifat-sifatnya, beliau adalah pelopor, perintis sifat-sifat kemanusiaan, dia adalah Nabi Muhammad Saw. Namun hal itu bukan hal yang mudah bagi kita apalagi dalam kondisi dan situasi yang berbeda.
Selain itu, sebagai warga negara Indonesia yang sudah merdeka 78 tahun yang lalu kita juga mewarisi dan merasakan jerih payah para pendahulu kita, meskipun terkadang hanya kita rasakan pada momen-momen tertentu misalnya saat perayaan 17 Agustus atau hari Nasional lainnya, tentu ini tidak salah. Kita hanya perlu merawat dan menjaga kemerdekaan dari segala aspek. Namun, apakah kita sudah merawat dan menjaganya dengan baik? Sehingga rasa nasionalisme tidak hanya kita rasakan hanya pada saat momen 17 agustus saja, tapi bisa kita rasakan setiap hari. Teringat pada tulisan Mbah Nun, jangan sampai kita menagih kepada Indonesia apa yang telah ia beri untuk kita, tapi apa yang telah kita berikan untuk Indonesia? Terdengar cukup berat memang. Sepertinya, menurut saya pribadi merawat dan menjaga merdekanya Indonesia bisa kita lakukan dengan hal-hal kecil meskipun dampaknya kepada Indonesia tidak terlihat secara langsung. Elaborasi antara sifat-sifat kemanusiaan yang diwarisi oleh Nabi kita dengan bagaimana merawat dan menjaga kemerdekaan Indonesia bisa jadi pilihan.
Jika berbicara tentang sifat-sifat Rasul tentu sangat banyak yang dapat kita contoh, kita ambil salah satunya saja. sifat Rasulullah Saw., adalah amanah yaitu dapat dipercaya, dapat bertanggungjawab. Ini juga berkaitan dengan Firman Allah bahwa manusia itu diciptakan di muka bumi adalah sebagai Khalifah fil Ardl, sebagai pemimpin. Maksudnya, bukan pemimpin untuk seluruh bumi, seluruh dunia, melainkan sebagai pemimpin dirinya sendiri dari hawa nafsu negatif, untuk kemudian bisa berlaku positif, memimpin diri untuk bisa memilih hal mana yang harus dilakukan, bertanggungjawab terhadap tugas yang sedang diemban, bertanggungjawab sebagai manusia, sebagai hamba, jika sudah bisa memimpin dirinya dengan baik maka bisa jadi akan bermanfaat bagi diri sendiri lantas kemudian bisa bermanfaat bagi sekitarnya, bermanfaat bagi Indonesia meskipun secara tidak langsung.
Manusia memang dibekali hawa nafsu juga akal oleh Allah. Dengan berbagai alasan, seringnya manusia masih mengedepankan hawa nafsunya tanpa dibarengi akal sehat, buktinya kita banyak menjumpai berita-berita negatif bahkan mengerikan yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Membiasakan hal-hal positif memang perlu waktu yang tidak sedikit, tidak bisa instan. Perlu kita menyadari, jika kita sudah memahami sesuatu yang baik maka itulah yang seharusnya kita lakukan, dan kesadaran ini harus dilatih serta diusahakan terus menerus. Agaknya ini adalah PR manusia yang hidup di muka bumi sebagai Khalifah fil Ardl. Melatih diri, mengusahakan sesuatu yang baik. Tanpa disadari ternyata Allah menginginkan manusia untuk tumbuh dan terus hidup dengan cerdas, inilah yang mungkin membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya. Hal ini juga sejalan dengan Hadis Rasul yang mengatakan bahwa perang yang paling sulit adalah perang melawan hawa nafsu kita sendiri, bukan melawan musuh di medan perang.
Salah satu rumus hidup yang sampai saat ini masih selalu penulis usahakan adalah berbuat baik terus menerus karena pasti akan mendapat balasan, baik balasan yang sama baiknya atau bahkan bisa jadi lebih baik. Kalau Cak Nun dengan bahasanya mengatakan bahwa “teruslah berbuat baik lama-lama akan jadi.” Tentu rumus ini juga berlaku untuk seluruh umat manusia, jika meyakininya. Terbayang dalam benak, jika rumus ini disadari dan dilakukan oleh banyak manusia atau pada momen ini adalah bangsa/ masyarakat Indonesia bisa dibayangkan betapa luar biasanya Indonesia ini. Seluruh masyarakatnya, seluruh orang didalamnya penuh dengan kebaikan, pasti akan berdampak juga kepada “kemerdekaan” Indonesia yang sudah menginjak 78 tahun. Tapi lagi-lagi, hawa nafsu lebih sering terdepan dibanding akal sehat.
Tugas kita adalah terus menerus melatih diri, terus menerus berusaha untuk sadar, melawan dan berperang melawan hawa nafsu sendiri. Saling mengingatkan satu sama lain terkait amanah yang diemban sebagai Khalifah fil Ardl. Allah pun mengingatkan bahwa Ia tidak akan mengubah suatu kaum tanpa kaum itu sendiri yang berusaha mengubahnya. Kita juga punya panutan, perintis, dan pelopor sifat-sifat kemanusian yaitu Nabi Muhammad Saw., kita adalah pewarisnya. Namun ada satu hal yang bisa juga menjadi pilihan, kita tidak perlu banyak berharap terhadap orang lain terkait dengan pengendalian hawa nafsu, setelah diingatkan, mari doakan saja. Yang menjadi harus adalah kembali lagi ke diri kita untuk memulai dan berperang melawan hawa nafsu kita. Bismillah, semoga Allah terus membersamai dan selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada kita. Amin.
Wallahu Alam.