blank

Manusia yang sempurna ini bila dibandingkan dengan makhluk lain bahkan malaikat sekalipun dalam sejarah peradaban telah menampakan begitu banyak kemajuan yang telah dicapai. Dalam tataran teknologi utamanya computer manusia mampu menemukan berbagai solusi dan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan kehidupannya. Belakangan kita ditampilkan bagaimana teknologi semakin canggih dengan apa yang disebut dengan artificial intelligence yang kurang lebih suatu kecerdasan buatan, konon merupakan program yang mencoba menyamai apa yang ada didalam otak manusia dan selanjutnya akan digunakan untuk dapat menggantikan banyak pekerjaan atau aktivitas yang sebelumnya dikerjakan oleh fisik manusia, semisal robotika ,perangkat , dan lain sebagainya. Sungguh itu suatu hal yang sangat positif di satu sisi karena mampu mempermudah pekerjaan manusia, dengan AI mempermudah pekerjaan rumah tangga dalam hal membersihkan ruangan biasanya kita perlu alat sapu dan kita yang kerjakan sekarang tinggal pencet tombol robot vacuum/sweeping robot. Di bidang lain seperti pelayanan bisnis, pelayanan engineering elektronika, machine, keamanan infomasi, pelayanan digital,engineering fintech sampai pada pelayanan bidang pertanian. Dengan AI sunatullah (baca hukum alam) akan menggantikan banyak pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh manusia akan dilakukan oleh produk AI dengan sendirinya. Namun itu jangan menjadi kekhawatiran walaupun akan mendelete pekerjaan pekerjaan konvensional, disisi lain akan membuka peluang pekerjaan–pekerjaan baru yang tentunya pada bidang-bidang yang berhubungan dengan AI.

AI subyeknya adalah tetap manusia, melalui akal yang diberikan oleh Tuhan Allah SWT, merupakan hal yang tidak bisa diganggu gugat ,sudah tidak bisa ditawar dan merupakan harga jadi, berstempel mutlak. Ini menjadi dasar kebebasan akal,keindependenan berfikir manusia yang digaransi Allah SWT , dengan akal manusia mampu menemukan perangkat yang bisa meniru akalnya sendiri dalam batas-batasnya. Menunjukkan bahwa Allah SWT benar dengan segala firmannya banyak ayat yang mengabarkan dengan kata akal untuk berpikir,berpikir,dan berpikir. Menjadi sangat penting bagi kita yang “kadung beragama” untuk menjadi pembeda dengan yang “kadung tidak beragama” lebih jauh belum mengakui eksistensi Tuhan. Dimana mereka hanya berhenti pada akal dengan turunannya ilmu pengetahuan menjadikan sumber segala sumber, berpendapat ada karena akal dan pengetahuan, mereka berpendapat dengan ilmu pengetahuan bisa menjalankan kehidupan bahkan lebih maju dibandingkan dengan manusia yang beragama/berTuhan.

Disini kita mencoba untuk mengkorelasikan AI dengan keimanan , bahwa percaya adanya Tuhan Allah SWT adalah keyakinan nomor wahid , adanya alam semesta dan seisinya adalah bukti adanya Tuhan , melalui keimanan mampu menempatkan selain Allah SWT adalah yang nomor kesekian, lebih dalam lagi adanya selain Allah SWT adalah akibat atau disebabkan Allah SWT itu sendiri, ini clear bagi kita yang beriman.

Membahas tentang Iman , mungkin sesuatu yang bersifat dogmatis agamis atau perlu kajian khusus, bagi sebagian orang. Tidak salah mencoba memahami dari diri secara mandiri ( munfarid), waktu kecil saya pernah mengimajinasikan Tuhan pada sosok berwajah seperti manusia itu berarti fisik dan gender perempuan lagi, itu bagi saya sah sah saja. Bisa saja beberapa pembaca juga pernah mengalami dengan hal yang sama dengan imajinasi yang berbeda. Alhamdulillah fase itu berakhir, bayangkan kalau tidak ,sampai tua itu akan menjadi masalah.

Berakhirnya tidak lain dan tidak bukan adanya suatu rujukan yaitu keyakinan yang linear dengan perangkat otak kita dan difungsikan untuk memikirkan. Rujukan itu berupa Agama dan kitab sucinya , disanalah ditemukan pengetahuan keimanan. Dalam literasi dibedakan tentang agama samawi sebagai Artificial Allah yang lainnya Artificial Manusia. Agama – agama samawi sisi persamaan adalah mengajarkan dan meyakini adanya Tuhan dengan berbagai variasi peribadatan masing-masing.

Meminjam istilah AI , kita melihat agama yang jelas kitabnya, sudah final dasar keimanan , aturan peribadatannya. Namun oleh manusia, sekelompok , sekumpulan, bahkan organisasi yang bernuansa agama banyak mencoba mengimprovisasi , memodifikasi, baik dengan menambah maupun mengurangi dogma keyakinan. Mungkin mencoba sebagaimana tujuan artificial intelligence untuk membuat aktivitas lebih mudah dan mendapatkan keuntungan, dibuatlah modifikasi keimanan dengan artificial iman, eksistensi dirinya, kelompoknya, kumpulannya maupun organisasinya agar bisa tetap eksis dan survive. Bisa tetap menunjukkan bahwa dirinya ada , mampu berkontribusi, memberikan sumbang sih pada masyarakat bahkan diakui oleh pemangku wilayah (Negara), tanpa menyebut nama –nama dan kelompok ,mereka secara bergantian bermunculan yang public sering menyebut aliran, sekte, kelompok, yang bernuansa label agama tertentu tapi melakukan hal hal yang dari sisi keimanan tidak selaras dengan keyakinan/keimanan agama utamanya. ai bukan hal baru dalam khasanah islam, kalau itu bisa dikatakan sebagai memanipulasi iman dengan tujuan–tujuan hawa nafsu pribadi,kelompok,golongan, ataupun organisasi, kita mengenal sederet nabi–nabi palsu semacam Musailamah. Fenomena inipun berulangkali terjadi di wilayah yang kita tempati, dan kadang momen-momen mencuat ketika akan mengadakan hajatan dalam skala besar di wilayah yang kita huni sebagai misal. Atau pada kondisi tertentu karena isu isu yang menjadi hot news maupun perbincangan publik. Bagi sedulur jamaah maiyah semoga kita tetap dalam satu keyakinan / keimanan yang original namun tetap berijtihad dalam laku kehidupan (syariat ) kita masing-masing. Ora kagetan, gumunan , apalagi shock, hingga kita menjadi gagap dalam menyikapi dan memaknai apapun yang tejadi di hadapan kita.

Akhirnya Artificial Intelligence adalah perangkat yang telah difasilitasi Tuhan Allah SWT, dan ketika ada yang mencoba menggunakan cara seperti AI berupa artificial iman itu adalah haknya Tuhan untuk menindaklanjuti, ketika perangkat,kelengkapan ,tatanan, aturan dalam suatu wilayah sudah tak berdaya lagi.

Wallahu ‘alam bishawab