blank

Indonesia telah dilimbahi anugerah kekayaan yang luar biasa. Orang mengibaratkan tongkat, batu, dan kayu jadi tanaman. Kekayaan Indonesia itu berupa alam yang subur, tambang, dan manusa yang jangkep. Apakah yang telah dianugerahkan oleh Allah itu telah menjadi sumber kemakmuran bagi rakyatnya atau malah sebaliknya?

Di beberapa kesempatan Mbah Nun pernah menyampaikan; seandainya Indonesia ini hanya dianugerahi alam yang subur saja sepertinya kok malah lebih baik. Adanya tambang batu bara, minyak bumi, emas membuat Negara ini dirampok oleh bangsa lain dan bangsa sendiri.

Lalu Pak Sutanto Mendut menyampaikan bahwa tambang itu tidak hanya emas, batu bara, minyak bumi. Tambang itu juga berupa manusia-manusianya, kreativitasnya, keuletan dan ketekunannya, kebijaksanaannya. Leluhur kita adalah tambang kita yang perlu kita gali. Sebagaimana contoh kita punya Ratu Sima, seorang ratu yang tegas dan adil. Ia hukum sendiri adiknya karena menghina tamunya. Konon pada zaman ia memimpin, emas satu pikulan di letakkan di pinggir jalan masih utuh selama tiga tahun. Kejujuran manusia kita pada zaman itu diakui oleh orang-orang di penjuru dunia. Kerajaan dari India mengirim utusan untuk melihat secara langsung tentang kejujuran manusia pada zaman kerajaan Ratu Sima. Itulah yang perlu kita gali.

“Kebudayaan kita hari ini adalah kebudayaan cangkokan. Kita tidak menelusur dan belajar dari para leluhur.”

Kebudayaan kita hari ini adalah kebudayaan cangkokan. Kita tidak menelusur dan belajar dari leluhur. Pada zaman Majapahit saat Hayamuruk menjadi raja, ia adalah pemimpin negera, sedangkan Gajahmada adalah pemimpin pemerintahan, sehingga evaluator kegiatan Gajahmada di tangan Hanyamuruk. Sekarang ini pimpinan Negara dan pimpinan pemerintahan dipagang oleh satu orang.

Pada kesempatan ini Gambang Syafaat akan menggali tambang kebudayaan, kearifan manusa menjadi pijakan kita untuk menatap masa depan. Gajah Mada, Ratu Sima, Mbah Nun, Gus Dur adalah kekayaan kita. Memiliki kekayaan alam melimpah tetapi manusianya payah hanya akan menjadikan kita sapi perah. Negara-negara tetangga yang kecil, tidak punya banyak kekayaan alam tetapi mereka mampu memakmurkan rakyatnya karena budi manusia-manusianya. Salam. (Red).