blank

Tuhan memberikan karunia kepada makhlukNya sangat beragam dan penuh dialektika antara karunia dan bencana. Laiknya Tuhan menciptakan malam tak lupa juga siang, tak hanya panas tapi juga dingin, tak hanya bahagia tetapi sendu, tak hanya anugerah tetapi juga bencana. Tuhan dengan al-adl-Nya meramu berbagai fenomena dengan penuh keseimbangan yang bermanfaat bagi hamba-Nya yang Ulil Albab. Pemberian Tuhan yang terjadi di dunia pada akhir 2019 berupa pandemi virus Covid-19 merupakan penyakit yang menyebar ke semua manusia yang ada di muka bumi. Covid-19 sebagai pandemi yang tentunya menjadi persoalan yang penting dan menjadi perhatian dunia dalam dua tahun terakhir ini. Semua manusia diharuskan berada di rumah, menjaga kebersihan, memakai masker serta berbgai pokes yang lainnya, mengakibatkan perubahan kultur berkehidupan yang berbeda pada manusia.

Pandemi menjadi suatu bencana dan persoalan baru bagi kehidupan manusia mulai dari ranah pendidikan, ekonomi, kesehatan, budaya, beragama, dan lain sebagainya. Pembatasan kegiatan yang diakibatkan karena pandemi menjadi persoalan yang kompleks dan berdampak buruk bagi sebagian besar manusia. Sekolah yang serba online, ekonomi kerakyatan yang bangkrut, bersosialisasi dibatasi, dan berbagai masalah kesehatan yang menjadi faktor utama, menjadikan pandemi merupakan suatu bencana yang diberikan Tuhan kepada manusia. Tapi, Tuhan sudah memberikan rumus dalam Al-Baqarah ayat 156, Alladzina idza ashobathum mushiibatun qooluu innalillahi wa innailahi roojiuun, bahwa semua yang ada didunia ini akan kembali kepada Tuhan termasuk berbagai musibah yang menimpa akan kembali kepada yang Maha segalanya. Namun, kalimat innalillahi wa innalilaihi roojiuun tak hanya diucapkan ketika terjadi musibah, tetapi juga dihayati dan diimplementasikan dalam menghadapi persolan agar esensi dari rumus dari Tuhan tersebut dapat menjadi kebermanfaatan bagi para hamba-Nya.

Semua yang diciptakan Tuhan tidak ada yang sia-sia, semua ada hikmah dibalik bencana atau apapun yang diciptakan Tuhan.

Laiknya mata uang dua ratus rupiah yang memiliki dua gambar Jalak Bali dan Burung Garuda di masing-masing sisi. Tuhan menghadirkan pandemi virus Covid-19 ini tak serta merta memiliki satu sisi negatif yang berupa bencana yang menyelimuti dunia, tetapi Tuhan pasti menciptakan sisi positif yang berupa kebermanfaaatan bagi hamba-Nya. Tuhan melalui potongan surah Ali Imran ayat 191 mengatakan, robbana maa kholaqta hadza baathila. Semua yang diciptakan Tuhan tidak ada yang sia-sia, semua ada hikmah dibalik bencana atau apapun yang diciptakan Tuhan. Pandemi Covid-19, menjadi suatu titik balik dari berbagai kultur dan kebiasaan manusia modern, melalui adanya Covid-19 ini berbagai sektor yang mengharuskan bertatap muka langsung menjadi bisa dilakukan melalui daring melalui perkembangan teknologi yang di asah dan semakin canggih dengan adanya pandemi ini. Melalui berbagai prokes yang ketat yang mengharuskan manusia menjaga kebersihan mengingatkan manusia akan kebersihan dan mengembalikan marwah sebagian iman sebagaimana hadis Atthuhuru syatrul iman. Bagi mereka pelaku ekonomi melalui kendala sektor riil akibat pandemi, maka banyak yang berinovasi menjual dagangan ke pasar online, dan ini menjadi suatu yang menguntungkan bagi mereka ditengah pandemi dengan omset penjualan yang bertambah banyak. Serta masih banyak hikmah lainnya yang bisa dirasakan dalam kehidupan sekarang ini.

Musibah yang datang merupakan suatu yang berasal dari Tuhan tidaklah sia-sia, Tuhan dengan al-adl-Nya sudah memberikan takaran yang pas dari pandemi Covid-19 ini antara musibah dan anugerah. Oleh karena itu, laa khoufun ‘alaihim wa laa hum yahzanuun, tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikhawatirkan di dunia ini serta jangan merasa bersedih hati dengan segala ketetapan atau suatu yang menimpa kita dalam bentuk apapun. Kesenangan dan kesdeihan yang diberikan Tuhan merupakan suatu wujud nikmat, yang terpenting daalam menghadapi kedua nikmat Tuhan tersebut adalah pemaknaan terhadap keduannya, bahwa kesenangan ada karena kita pernah mengalami kesedihan dan sebalikanya, kesedihan ada ketika kita sudah pernah mengalami kesenangan. Jadi, dialektika antara kesenangan dan kesedihan suatu kenikmatan dari Tuhan yang diwujudkan dalam suatu dinamika kehidupan dunia dan tidak perlu khawatir dan takut di dunia ini.

Manusia terkadang terlalu menganggap yang diberikan Tuhan kepadanya berupa kesenangan adalah suatu yang baik baginya, tapi bisa jadi kesenangan tersebut adalah bentuk istidraj yang melalaikan manusia ke jalan Tuhan. Selaiknya, manusia selalu bersedih hati ketika yang menimpanya adalah kesedihan, tapi bisa jadi dengan kesedihan itu memberikan kebaikan untuknya. Tuhan sudah merumuskan agar kita selalu penuh syukur dalam menerima apapun yang diberikan Tuhan, wa ‘asaa antakrohu syai’an wahua khoirullakum wa ‘asaa antuhibbu syai’an wahua syarullakum. Segala yang buruk dan dibenci oleh manusia bisa jadi itu baik menurut Tuhan, dan suatu yang baik dan disukai bisa jadi itu buruk menurut Tuhan. Tuhan sudah merumuskan untuk selalu bersyukur apapun yang diberikan oleh-Nya agar kita menjadi hambanya yang syakur, “la’insyakartum la aziidannakum wa la’in kafartum inna ‘adzabi lazadiid.

blank
Muhammad Nabhan Fajruddin, merupakan mahasiswa UIN Walisongo Semarang yang juga aktif dalam mengikuti Maiyah Gambang Syafaat Semarang sejak 2019. Penulis lahir di Pekalongan, 6 Novermber 2000, yang memiliki motto ”Man Jadda wa Jada.” Penulis juga aktif dalam menuulis berbagai isyu sosial dan keagamaan di www.kompasiana.com/nabhanfjr sudah ada 13 tulisan yang ditulis dan 6.260 pembaca dalam media tersebut. Penulis juga baru saja menyelesaikan S.1 PAI dengan menulis skripsi berjudul “Pendidikan Akhlak Menghargai Perbedaan Melalui Learaning Community di Maiyah Gambang Syafaat Semarang”