blank

“Pelajarilah [lagi] Haman, Firaun, dan Qorun,” kata Mbah Nun di BangBang Wetan kemarin. Sepertinya ada yang menarik dari cerita tiga nama itu sehingga Mbah Nun menyarankan kepada kita untuk mempelajarinya.

Tiga nama itu adalah deretan tokoh antagonis dalam cerita Nabi Musa As. Mbah Nun menyarankan kita mempelajari lagi cerita tentang Musa, bagaimana Nabi Musa dulu memerangi musuh-musuhnya dan bagaimana musuh-musuhnya melawan Nabi Musa. Kita tentu tahu musuh Nabi Musa As adalah Raja Firaun. Namun, ada lagi musuh yang tidak tampak, yang berperan sebagai pembisik, dan berada di belakang panggung. Dia adalah Haman. Peran Haman sebagai penasihat Firaun. Kala Firaun memerintahkan kepada bawahannya untuk membangun menara yang akan ia gunakan untuk memanah Tuhannya Musa. Haman berbisik kepada Firaun, bahwa Tuhannya Musa itu tidak ada karena Firaun adalah Tuhan yang sesungguhnya.

Mendengar pernyataan dari penasihatnya, Firaun lantas jumawa. Ia mengumumkan ke publik bahwa ia adalah Tuhan yang sesungguhnya. Pendeklarasian diri Firaun sebagai Tuhan terjadi atas bisikan Haman. Firaun sebenarnya hanya menjalankan apa yang dinasihatkan oleh Haman. Sosok pembisik yang berada di belakang panggung, yang tidak tampak ini sering luput dari perhatian kita. Padahal, ia sebenarnya memiliki peran yang sangat penting. Ia, bisa jadi, yang merancang skenario keputusan dan kebijalan Firaun, dan Firaun bisa jadi hanya boneka yang menjalakan saran-saran dari penasehatnya.

Dalam cerita Nabi Musa As, nama Haman kalah populer dibanding Firaun dan Qorun. Padalah sosok ini juga memiliki peran yang tidak bisa diremehkan. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini, kita memilih mempelajari dan membaca lagi zaman Nabi Musa As dengan menempatkan Haman sebagai acuan pembahasan. Tentu dalam sinau bareng ini, kita tidak sekadar menceritakan ulang peristiwa sejarah. Namun, kita hendak memahami sifat dan peran Haman, yang barangkali tanpa kita sadari, diam-diam, kita pernah mempraktekannya. Kita telah meng-Haman (Hamanisme) atau malah Haman adalah saya (Haman is me). Mari renungkan bersama-sama.