blank

Sebelum Gus Aniq dipersilahkan turut membersamai di panggung, mas Yunan diminta memberikan paparannya. Mas Yunan menjelaskan tentang rubrik yang digagas forum Gambang Syafaat saat bulan Ramadan lalu. Tulisan di rubrik yang akan dimuat setiap hari Selasa dan Jumat ke depannya diminta tulisan yang mengenai Maiyah. Yaitu tulisan mengkaitkan ilmu-ilmu di Maiyah atau suasana di Maiyah. Mas Yunan bercerita pada bulan Mei kemarin bertemu dengan dua orang yang sedang meneliti tentang Maiyah. Orang yang pertama meneliti khusus di forum Gambang Syafaat dan orang kedua meneliti tentang Mbah Nun. Kedua orang tersebut mahasiswa Undip. Ketika meneliti tentang Mbah Nun, si mahasiswa ngekos di dekat Kadipiro selama tiga bulan.

Mas Yunan, menceritakan ketika menghadiri workshop penulisan di Kenduri Cinta. Di sana Mas Fahmi mengatakan bahwa kita tidak perlu menunggu orang-orang meneliti Maiyah, kita juga tidak perlu menunggu seorang calon doktor menggarap disertasi tentang Maiyah. Biarkan yang membaca tulisan tentang Maiyah adalah orang-orang yang hadir sebagai jamaah Maiyah sendiri dan penulisnya juga jamaah Maiyah. Maka setiap simpul-simpul Maiyah diwajibkan memiliki akun web, karena semua akan melibatkan jamaah di mana pun berada sama-sama bercerita. Mas Yunan melanjutkan, kata Mas Sabrang, kita ini sudah menjadikan Maiyah sebagai budaya dalam bentuk tulisan.

Malam semakin larut. Hujan tak lagi menderas. Usai Mas Yunan bercerita. Mbah Kliwon tampil di panggung bersama Gus Aniq. Ini rezeki yang kedua. Gambang Syafaat kedatangan tamu yang datang tanpa undangan. Beliau datang dengan keikhlasan berbagi ilmu. Beliau mempaparkan tentang tema malam itu Idul Imsak. Imsak, menurut Mbah Kliwon, memiliki makna bermacam-macam, bisa menahan, bertahan, berhenti, diam dan mundur; juga bagian dari menahan. Sebenarnya di mana pun kita juga mengalami Imsak, entah di jalan, di warung dan di mana pun kita sudah menahan diri dari apa yang akan kita hadapi saat di tempat tersebut. Mbah Kliwon bekerja di bidang meubel. Beliau menceritakan, ketika beliau bertemu dengan seorang yang bekerja di finishing meubel. Beliau menawari orderan meubelnya ke orang tersebut untuk di finishing. Lalu orang finishing itu berkata, saya bisa saja menerima orderan dari mbah Kliwon, namun ia malah menolak dalam arti berkata kepada mbah Kliwon untuk mengasihkan orderannya kepada orang lain agar orang lain juga mendapatkan rezeki tersebut. Mbah Kliwon beranggapan bahwa peristiwa tersebut adalah termasuk Imsak.

Mbah Kliwon, menceritakan peristiwa Imsak di bidang ekonomi. Ketika seseorang yang ahli dalam bidang apa pun mengetahui tentang batas untuk menahan, agar semua orang ke bagian rezeki, padahal orang yang mengakui hasil pekerjaannya bagus, tapi orang yang ahli malah mengasihkan rezekinya kepada orang lain merupakan peragaan dari Imsak, meski hasil pekerjaannya sudah diakui kebanyakan orang bagus. Setiap orang yang menyadari Imsak saat dirinya sedang diam diri, ia akan menyadari hal-hal di luar dirinya dan membatasi hal-hal yang akan mereka inginkan. Terkait Imsak sebenarnya banyak hal yang kita batasi, hanya Allah yang tidak terbatas. Poin-poin Imsak menurut Mbah Kliwon yaitu ketika kita mengikuti momen-momen pengajian dan menghindari hiruk pikuk dari dunia. Mbah Kliwon menambahkan, zikir juga bisa dilakukan dengan imsak. Dengan zikir kita bisa cerdas dan mengetahui gerak zaman yang kita hadapi. Zikir juga termasuk menahan diri dari godaan itu bisa dari dalam dan luar diri kita.

Menahan diri dari luar misalnya kapan kita bergaul dengan masyarakat sekitar kita, kapan kita mendekatkan diri kita kepada Allah, munajat dan bersembayang. Dan di dalam diri kita pun juga kapan saatnya kita menahan nafsu, pikiran, dan segala sifat yang terdapat diri kita adakalanya harus kita tahan. Tambah Mbah Kliwon. Lalu mikrofon diserahkan kepada Gus Aniq. Kemudian Gus Aniq menyapa para jamaah dengan hangat. Beliau di awal memaparkan, terkait Idul Fitri mengapa diganti Idul Imsak. Id memiliki arti kembali, bisa juga merayakan, fitri itu bisa dikatakan makan, artinya kita kembali merayakan. Beliau menggaris bawahi justru puasa itu sejatinya imsak itu sendiri. Imsak yang sesungguhnya ketika saat Zuhur atau Ashar kita menahan. Menurut Gus Aniq Gambang Syafaat edisi bulan Juni ini termasuk mencari nilai-nilai lain selain memaknai Idul Fitri diganti dengan Idul Imsak. Selepas puasa Ramadhan yang kita jalani harus lebih berpuasa lagi.

Menahan artinya ketika melihat suatu yang membuat kita seharusnya melampiaskan keinginan tersebut tetapi kita tidak melakukan keinginan itu, tambah Gus Aniq. Dalam melakukan sesuatu selain puasa kita juga harus berhati-hati dan pandai mengelola dalam menentukan suatu yang akan kita pilih perlu dipertimbangkan. Beliau menyimpulkan, dalam menentukan segala sesuatu termasuk memilih seharusnya kita juga jangan sampai melampaui batas, ibarat sebuah tugu atau gapura merupakan simbol atau batas. Gapuro itu simbol dari ngapuro dan merupakan simbol pemaafan, sama artinya pemaaf kesalahan. Kembali ke Idul Fitri Gus Aniq menyimpulkan, Fitri berasal dari kata Fitroh. Fitroh itu kesucian. Kita harus kembali kepada jati diri kita sebagai manusia untuk kembali kesucian. Inni Wajjahtu Wajhiya Lilladzi Fatharas Samaawaati Wal Ardha (Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan).

Gus Aniq menekankan bahwa kita ini harus kembali ke jati diri kita. Meminta maaf yang paling sulit adalah meminta maaf kepada diri kita sendiri. Belum tentu ketika selesai sholat membaca Istigfar, lalu kita meminta maaf kepada siapa saja untuk memaafkan kesalahan kita untuk dimaafkan. Maka jangan sampai kita membuat hati orang merasa sakit atas apa yang sudah kita lalukan terhadap orang tersebut. (Galih Indra Pratama)