blank

Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Belajar setelah dewasa, bagai mengukir diatas air. Belajar setelah dewasa, bagai mengukir di atas air.

Tentu saja memberi nasihat antara orang satu dengan orang yang lain berbeda. Kita harus mempertimbangkan cara, karakter, usia, latar belakang. Perbedaan setiap orang memaksa kita untuk kreatif. Ada orang-orang tertentu yang dia emoh di nasihati. Ia ingin hidup bebas. Dan sebaik-baiknya nasihat adalah teladan. Kok jadi nafsu sekali menjadi penasihat. Ya kita memang berkewajiban menyebarkan kebaikan, setidaknya yang kita yakini. Jika membaca buku kita yakini baik maka kita seru membaca buku untuk sekeliling kita, demikian juga untuk hal-hal lain.

Orang yang usianya berbeda maka cara menasihatinya juga berbeda, redaksi kalimatnya berbeda, tekanan kalimatnya berbeda, gestur wajah juga berbeda. Untuk menyeru anak-anak untuk mandi, kita bisa menawari anak-anak dengan cara, “main air yuh”. Lalu bagaimana untuk menyeru anak-anak agar giat belajar, apakah beda dengan menyeru orangtua untuk belajar.

Lagu yang saya lantunkan di atas adalah seruan untuk giat belajar. Tapi jangan perdengarkan lagu itu kepada orang dewasa. Mendengar lagu itu mereka bisa putus asa dan berhenti belajar. “Untuk apa belajar, lha saya sudah tua kok. Belajar sekeras apapun pasti tidak bisa. Bukankah orang tua itu kalau belajar bagaikan mengukir diatas air.” Begitu kata orang tua yang ikhtiar belajar.

Sebuah kemustahilan memang mengukir di atas air. Ada yang beranggapan belajar di waktu tua itu bagaikan menggambar di atas pasir. Gampang tetapi gampang juga hilangnya. Ok, nasihat dalam lagu itu sebenarnya hanya cocok diperdengarkan untuk anak-anak sebagai motivasi. Pumpung masih anak-anak belajarlah sekeras mungkin, seserius yang kamu bisa, semangat dan jangan malas-malasan. Karena waktu anak-anak memang waktunya belajar. Pada masa ini otakmu sedang encer-encernya. Ketika kamu belajar pada masa ini kamu bagaikan mengukir diatas batu. Batu itu memang keras. Untuk mengukirnya kamu harus menggunakan usaha yang lebih, waktu yang lama, alat yang memadai, telaten, ulet, tekun, sopan santun, homat guru dan segala prinsip belajar yang lain. Ini adalah waktumu. Awas. Jika kamu melewatkan waktu ini, waktu yang harusnya kamu gunakan untuk belajar dengan hanya bermain wah bisa berbahaya. Kelak jika kamu belajar di waktu dewasa segala kesusahan akan menghampirimu. Itu pesan lagu itu.

Tetapi benarkah orang dewasa tidak dianjurkan untuk belajar? Memang segala kerepotan akan menghinggapi ketika kita belajar di waktu dewasa. Ketika kita sedang membaca sedikit saja, cucu menghampiri mengajak bermain. Belum lagi fungsi alat indra sudah mulai turun. Betapapun kita musti terus belajar. Seruan tentang belajar hingga akhir hayat bisa kita dengarkan di masjid-masjid oleh ibu-ibu.

Dalam tradisi Islam kampung terdapat sholawat Jawi, sholawat yang diselingi syair-syair nasihat tentang apa saja, tentang sejarah Nabi, mencari ilmu, mengingatkan tentang kematian. Syair-syair itu biasa diperdengarkan saat setelah adzan sebelum iqomat, pada pengajian setelah salat jumat, jamaah yasin. Saya mendapatkan syair-syair itu dari ibu saya. Sudah tertulis dengan tangan, menggunakan arab pegon, hurufnya Arab tetapi bahasanya Jawa. Ibu saya mendapatkannya saat mondok torikoh. Di kampung mondok torikoh dilakukan tiga kali dalam setahun, setiap waktunya dilaksanakan sepuluh hari.

Kali ini akan saya tunjukkan kepada Anda syiir yang tentang mencari ilmu. Syiir ini cocok didengar oleh anak-anak hingga dewasa tidak seperti syiir yang saya kutip sebelumnya yang hanya cocok didengarkan untuk anak-anak.

Syiir dibuka dengan sholawat. Untuk memulai do’a menyeru nasihat sebuah keharusan (bagi mereka) untuk menyebut Allah dan Rasulullah. Allahumasholi wasalim ala, Muhammad wa khashil bihi lilmarom.

Ayo poro konco kita podo ngaji, marang Allah kita podo ngabekti. Ngaji iki bisa ngilangake kabodonan. Biso tambah bisa weruh kelawan ilmune. Dalam bahasa Indonesianya: ayo teman-teman kita semua mengaji (mencari ilmu). Kepada Tuhan kita harus berbakti. Mengaji (mencari ilmu) itu bisa menghilangkan kebodohan. Bisa tambah bisa melihat menggunakan ilmunya.

Kita perhatikan baris terakhir. Bisa melihat sesuatu dengan ilmunya. Ada masalah dan masalah itu bisa dihadapi, direspon, diselesaikan sesuai ilmunya sekaligus alasan-alasanya. Orang yang mendapat pengetahuan hanya sepenggal biasanya gampang marah dan gampang menyalahkan orang lain. Dengan ilmu orang juga tidak mudah bingung. Menghadapi orang meninggal, bagi orang yang memiliki ilmunya maka hal itu bisa diperlakukan sebagaimana mestinya.

Bait kedua: ngaji sak bab luwih katah ganjarane, tinimbang sewu rokaat solat sunahe. Ngaji iku wajib kanggo wong muslim. Kakung putri lamun bener-bener salim. Begini bahasa Indonesianya: belajar sak bab lebih besar balasannya/pahalanya. Dibanding seribu rakaat salat sunah. Belajar itu wajib untuk orang Muslim. Laki-laki dan perempuan jika benar-benar salim.

Bait ini mengatakan bahwa belajar adalah kewajiban bagi orang muslim, anjuran Nabi tentang belajar ini terkait jarak yang jauh dan waktu yang lama. Allah akan membalas orang yang mau belajar dengan balasan yang setimpal bahkan melebihi seribu rakaat salat sunah.

Bait selanjutnya: ngaji iku wus wajib awit bandulan, temekane besok akhir ing luwangan. Saiki ngaji besok yo ngaji. Iman Islam aja nganti keri. Dalam bahasa Indonesia: belajar itu sudah wajib sejak orang masih di gendongan/ayunan, hingga nanti berakhir di tanah galian untuk di kubur. Sekarang mengaji besok juga mengaji. Iman Islam jangan sampai tertinggal.

Bait ini sesuai dengan sebuah hadist, sebuah seruan keharusan untuk belajar. Kewajiban belajar bagi seorang muslim itu sejak kecil hingga ia menghembuskan nafas terakhir. Belajar yang terus menerus itu berkait dengan kekuatan umat Islam. Jika umat Islam terus belajar maka umat Islam akan menjadi umat yang kuat dan tidak mudah dibohongi. Pembelajaran yang intensif dalam segala bidang dilakukan oleh Nabi terhadap umat Islam ketika beliau mengembangkan Madinah. Belajar yang terus menerus itu dilakukan juga agar Iman dan Islam tidak lepas dari hati kita. Zaman bergerak jika manusia berhenti maka dia akan tertinggal.

Bait selanjutnya: saktemene malaikat iku ngegeroke suwiwi, kerono bungah lan rindo marang wong kang ngaji. Sopo wonge ngambah dalam perlu ngaji. Allah mesti paring rahmah dan ngerindoi. Bahasa Indonesianya: sebenarnya malaikat itu merentangkan sayapnya, karena senang dan ridho terhadap orang yang mengaji. Siapa orangnya yang melangkah untuk keperluan mengaji, Allah pasti memberi rahmat dan meridhoi.

Begitulah keutamaan belajar. Namun belajar yang terikat dengan Allah. Ia melaksanakan belajar hanya karena Allah. Belajar meskipun belajar agama Islam jika tujuannya bukan karena rinda Allah maka rahmat, berkah yang dijanjikan tadi tidak akan terwujud.

Bait selanjutnya: wong kang ora reti hukum kudu ngaji, longo luru barang kang paling aji. Tanpa ngaji kita ora bakal ngerti, endi engkang batal lan engkang hakiki. Dalam bahasa Indonesia: orang yang tidak tahu hukum harus belajar, pergi mencari sesuatu yang paling aji atau berarti. Tanpa mengaji kita tidak akan mengerti, mana yang yang batal dan mana yang benar-benar kebenaran dan kebaikan.

Hukum disini bukanlah hukum di pengadilan, hukum dalam ranah ini adalah kaitannya dengan fikih, menentukan sesuatu boleh dan tidak boleh menurut agama. Semua diatur oleh agama dari mulai mandi hingga masalah luas terkait warisan.

Bait selanjutnya: eman-eman wong tua ora gelem ngaji, santri siwatu cili gelem ngaji. Sing sapa wonge ora gelem ngaji. Besok ning akirat bakal cilaka lan rugi. Dalam bahasa Indonesia: sayang sekali orangtua tidak mau mengaji, santri kecil-kecil saja mau mengaji. Siapa orang yang tidak mau belajar. Besok di akhirat akan celaka dan rugi.

Lagi-lagi seruan bagi orang tua untuk mengaji atau belajar. Pembelajaran di kampung (sebelum masuknya pabrik) sudah berlangsung intensif. Ada sistem pendidikan langgar, pesantren, madrasah, pengajian di masjid setelah salat jum’at. Ketika pabrik dibuka dengan pengaturan waktu bekerja dari pagi hingga malam maka pendidikan kampung ini menjadi kacau. Ibu-ibu muda produktif tidak terlibat dalam lingkaran belajar ini.

Bait selanjutnya: bapak saha ibu panjengan sampun sepuh, sami ngaos sami dzikir ampun sami rikuh. Sing sapa wonge kapundut lagi ngaji, Allah bakal paring derajat kaya para Nabi. Dalam bahasa Indonesia: bapak dan ibu Anda sudah tua, belajarlah, berzikirlah jangan segan. Siapa orang mati dalam keadaan mengaji, oleh Allah derajatnya disamakan dengan derajat Nabi.

Lagi-lagi, syiir ini menunjukkan tingginya keutamaan bagi orang yang mengaji atau belajar. Bahkan seseorang yang mati dalam keadaan mengaji/belajar ia disebut mati syahid dan derajatnya disamakan dengan Nabi.

Bait terakhir: luwih utamane wong kang gelem ngaji, sak wise ngerti banjur gelem mulangi. Dalam bahasa Indonesia: lebih utama bagi orang yang mau mengaji, setelah mengerti kemudian mau menggajarkan.

Warisan atau amalan seseorang yang tidak akan putus hingga akhirat nanti salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat.