blank

Seorang anak kecil ditanya, apakah kita sudah merdeka? “Sudah!” Jawabnya lantang dan meyakinkan. “Apa tandanya jika kita sudah merdeka?” Dengan sedikit cengengesan anak itu menjawab, “Aku bisa tidur, mengantuk dengan khusyuk saat khutbah jum’at.” Kemudian si anak melanjutkan, “Jika, belum merdeka, tentu sholat jum’at dijaga oleh tentara, dan yang sholat jum’at waspada, tidak mungkin bisa mengantuk dan tidur.”

Jika saja saya boleh mengibaratkan negara sebagai pohon, maka angin kencang yang menerpa pohon dan memberi resiko tumbangnya pohon, adalah musuh nyata dari luar sebagaimana jawaban anak perihal dijaga tentara dan kewaspadaan jamaah jum’at. Jadi, si anak memahami bahwa dia sudah merdeka dari ancaman musuh. Si anak tidak mendapati bahwa ada angin yang cukup besar untuk menumbangkan pohon yang bernama negara.

Pertanyaanya adalah, apakah hanya angin saja yang bisa membuat pohon tumbang? Bagaimana jika ternyata sebuah pohon, akarnya telah putus dari akar tunjangnya. Tidak hanya putus, tapi juga diberi asupan/serapan yang sama sekali lain dari yang selama ini diserap oleh akar. Bisakah pohon yang semacam itu tumbang, mati tanpa terpaan angin? Atau dibalik, sebuah pohon yang akarnya menghujam kedalam, sangat dalam, apakah cukup mudah ditumbangkan oleh terpaan angin?

Negara yang berdiri dengan adanya kontinyuasi, keberlanjutan terhadap diri dan sejarahnya, adalah bagaikan pohon yang akarnya tunjang menghujam kuat. Negara yang dijalankan tidak melakukan ritme “mundur tiga langkah, maju lima langkah”, yang tercerabut dari akar kebudayaan dan jatidiri bangsanya, bagaikan pohon yang akarnya terputus, tanpa hujaman ke dalam. Termasuk juga negara yang kiblat, arah perjalanannya, mengcopas negara lain yang nyata-nyata berbeda dengan jati dirinya.

Mungkin si anak benar bahwa, kita telah merdeka, setidaknya merdeka dari terpaan angin. Tapi apakah kita telah merdeka untuk tumbuh menjulang? Akar adalah keluarga, akar adalah anak-anak generasi masa depan. Apakah generasi masa depan kita adalah generasi sebagai keberlanjutan jati diri bangsa?

Semoga kita bukanlah anak yang dengan polos menjawab, “kita sudah merdeka, buktinya saya bisa tidur saat khutbah jum’at”. Semoga kita adalah anak yang waspada terhadap ancaman nyata terpaan angin, dan paham perihal akar. Dirgahayu Indonesiaku, Aman Aman Amin….