Gambang Syafaat
Gambang Syafaat

Pengalaman hidup mengajarkan kita untuk ridho. Misalkan; saat kita gagal menjalin hubungan dengan lawan jenis, kita diberi pilihan antara belajar atau membiarkan. Rugi rasanya jika tidak mengambil pelajaran atas peristiwa. Perjalanan untuk menuju semesta diri yang sejati, salah satunya dengan menggunakan kendaraan yang bernama Ridha (cinta) terhadap qodho dan qodhar Allah.

Atas segala peristiwa, kita harus waspada dalam hal apapun. Semua perjalanan pasti akan mendatangakan kebanjiran rintangan, hambatan, tanjakan, turunan yang tajam. Allah memberi taktik yang sangat mendasar melalui formula sikap yang disebut takwa.

Sebagaimana Mbah nun pernah dawuh, takwa adalah kewaspadaan yang terus menerus jangan sampai manusia melakukan hal-hal yang Allah tidak menyukainya, Allah melarangnya sehingga juga tidak meridhainya.

Ridha adalah jembatan untuk menuju sang maha cinta. Ia berada di dalam wilayah batin, hati dan jiwa manusia. Sama dengan cinta, bagian terberat dari mencintai adalah sabar.

Bagian sempurna dalam mencintai adalah menerima. Ketika kita sudah sabar dan menerima semua ketentuan yang di berikan Allah, itulah sebuah penghargaan hati atas pilihan Allah untuk hambanya, sebab pilihannya adalah pilihan yang terbaik.

Ketika mata air cinta sudah membasuh nurani manusia, maka kita akan selalu berkasih sayang. Dari situlah akan melahirkan buah jiwa “pulang” atau kembali kepada Allah dengan jiwa yang tenang “mutmainah”.

Sabar dan menerima semua ketentuan yang Allah berikan pada hambanya merupakan wujud dari sebuah keridhaan hambanya pada ketentuan-ketentuan yang diberikan Allah SWT.

Kelebihan ridha Allah SWT merupakan manifestasi dari keridhaan hambanya. Ridha terikat dengan nilai penyerahan diri kepada Allah yang bergantung kepada usaha manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya agar senantiasa dekat.

Hal ini seperti firman Allah SWT dalam Surat Al- Fajr ayat 27-28 : “Wahai jiwa yang tentram, kembalilah kepada tuhanmu dengan jiwa yang Ridha (sehingga) diridhai”. Ayat ini Allah menegaskan bahwa Allah merupakan sumber primer dari tercapainya ketenangan hati dan ketentraman jiwa manusia.