blank

Pandemi Virus Corona cukup mewarnai dan menjadi salah satu fokus dari beberapa fokus pandangan hidup manusia dunia di abad 21 ini. Fokus manusia itu macam bentuknya. Ada fokus yang paling padat seperti kekayaan harta benda, jabatan karier, status sosial. Ada juga fokus yang lebih halus seperti; ingin terlihat, diakui, tinggi, dihormati, diikuti, pembangunan dan kebesaran nama, dan lain yang bisa disebutkan banyak bentuknya.

Kini fokus dari dua dimensi fokus yang telah terpaparkan di atas, agak sedikit mendapat saingan karena kehadiran pandemi. Kini manusia mau tidak mau, ia terseret oleh kekuatan Tuhan untuk fokus kepada Pandemi. Yang membuat manusia menjadikan pandemi sebagai salah satu fokus terbarunya adalah karena di dalam pandemi ada unsur ; kesehatan, keterancaman diri, keluarga, juga orang-orang yang dikasih-dan cintai.

“Kecenderungan manusia adalah menganggap dirinya penting, maka kesehatan dan keamanan pada dirinya juga menjadi sangat diperhatikan.”

Kita coba lihat, amati secara agak halus. Di dalam manusia memperhatikan kesehatan dan keamanan karena pandemi Corona ini, ia manusia fokusnya apakah fokus kepada hanya ikhtiar / usahanya sendiri seperti melakukan protokol kesehatan. Ataukah ia manusia juga sempat dan mau berendah diri bahwa di atas usahanya itu tetap ada tuhan yang lebih berkuasa?

Kehadiran Corona ini, apakah membuat kita justru malah meninggalkan Tuhan dengan sikap kita yang bersandar pada usaha kita sendiri untuk terhindar dari corona?

Apakah kita juga mempunyai sedikit kelengkapan berpikir bahwa tugas kita adalah berusaha mengamankan diri dengan protokol kesehatan, dan tetap berpikiran bahwa di atas semua itu, Tuhan juga turut hadir dan lebih berkuasa.

Lebih jauh lagi, kita manusia, khsusunya muslim, apakah kita mempunyai daya pikir bahwa kita tidak mengetahui apa yang baik bagi kita. Maksudnya, apakah kita manusia mengetahui kita tidak terkena corona, berarti sama dengan baik dan selamat. Sebaliknya kita jika terkena virus corona apakah juga berarti buruk? Bukankah Tuhan mempunyai perhitunyan yang lebih lembut dan tajam?

Di dalam keberadaan pandemi covid 19 ini, manusia mendapatkan pembelajaran serempak dari Tuhan. Dari pembelajaran tersebut, manusia bisa memilih untuk lebih mengakui dan menyaksikan bahwa Allah maha berkuasa, lantas ia manusia menjadi mendekat, dekat, dan semakin dekat. Ataukah manusia tetap pada kelalaiannya, yakni terbiasa tidak melibatkan Tuhan. Ataukah lebih jauh lagi dengan keberadaan pandemi ini, manusia semakin lalai dan menjauhi tuhan dengan cara menuhankan usahanya agar terbebas dari corona, menuhankan kesehatan dirinya, serta menuhankan konsepnya bahwa sakit berarti buruk, sehat berarti selamat.