blank

Semua ini bermula ketika sebuah drama besar telah dibuat, entahlah siapa yang bisa membuat drama ini menjadi kuat dan tak terkendali bahkan negara-negara yang memiliki kekuatan pun juga tak cukup kuat menghadapi drama besar ini. Drama yang murni sudahTuhan dalangi atau bahkan drama yang bersumber pada ambisi yang datang dari seorang dalang amatir. Drama yang ada sebagai bentuk peringatan, hukuman, karma, atau ujian atau mungkin drama ini ada sebagai bentuk rencana besar akan pengendalian sebuah kekuatan yang akan membuat umat manusia tunduk terhadap drama yang dibuatnya. Layaknya mencari jarum di atas tumpukan jerami seperti itulah peribahasa memberitahu kita bahwa semua ini tidak bisa hanya dilihat oleh kasat mata. Siapa pelaku sesungguhnya kita tak pernah tau, yang mampu kita ketahui hanyalah Tuhan selalu ada pada takdir setiap manusianya. Maka dari itu tak perlu kita mengkambinghitamkan siapa pun, karena pada nyatanya kita tak pernah tau siapa kambingnya.

Pandemi ini telah membuat semua umat manusia di bumi bingung sendiri menghadapinya, kalau kata orang jawa Menchak-menchak gak ketulungan koyo Wong kesurupan. Bagaimana tidak, semua umat manusia dibuat panik, ketakutan, terancam kehidupannya hanya karena adanya mahluk kecil Tuhan yang tak kasat mata yang datangnya tak pernah diundang oleh banyak umat manusia, walaupun kita tak pernah mengetahui apakah dia datang karena memang sebelumnya diundang oleh beberapa oknum yang menamakan diri nya juga sebagai manusia. Hampir dua tahun lebih ini kita berkenalan dengan situasi baru dalam kehidupan, Pandemi ini telah mengajarkan serta menyadarkan kita semua akan banyak hal. Salah satunya tentang peran Tuhan dalam segala peristiwa yang sengaja dibuat manusia atau mungkin memang Tuhan sudah murni siapkan untuk kita manusianya.

Pandemi mengingatkan kita pada sebuah kisah permainan yang sangat terkenal bahkan tertulis dengan jelas dalam sebuah sejarah. Tentulah permainan itu dibuat sebagai strategi perebutan sebuah kekuasaan pada masa itu. Permainan Dadu yang sengaja dibuat oleh Duryodana dan Sengkuni untuk merebut Kerajaan serta kekayaan yang dimiliki oleh Pandhawa. Usaha dan rencana licik yang dibuat Duryodana dan Sengkuni memang bisa dibilang sukses diawal. Namun berbeda dengan akhir dari sebuah drama yang sengaja dibuat ini. Ketika semua kekayaan, Kerajaan, bahkan saudaranya sendiri dipertaruhkan oleh Yudistira, tidak ada pilihan lagi untuk dia juga mempertaruhkan istrinya Dropadi yang tidak mengetahui apapun yang sedang terjadi. Dalam peristiwa permainan itu tentulah tak ada satupun yang bisa berkutik untuk menolong Dropadi termasuk para suami Dropadi (Pandhawa). Sikap kasar yang ditunjukkan Dursasana saat menyeret Dropadi ke arena permainan membuat Dropadi sangat marah dan tak terima dengan perlakuan yang dia terima. Tak diam di situ adegan puncak yang sangat membekas pada sejarah adalah ketika Dursasana menarik pakaian Dropadi dan melucutinya di depan para suami dan para iparnya yang ada disana.

Namun dari sinilah makna pandemi sesungguhnya kami dapat, dari adegan dan permainan yang berhasil dibuat oleh Duryodana inilah kita menyadari bahwa drama yang diciptakan manusianya tak kan pernah berakhir sama seperti apa yang mereka harapkan. Semua terbukti ketika Dropadi dilucuti oleh Dursasana disaat itu pula Tuhan menurunkan keajaibannya pada sosok Dropadi. Dropadi tidak berhasil dilucuti oleh Dursasana di depan khalayak umum saat itu. Selendang pakaian yang dipakai Dropadi saat itu tidak memiliki ujungnya, selendang itu terus ada untuk menutupi tubuh Dropadi. Keajaiban yang terjadi inilah membuat kita sadar, pada situasi apa pun kita, ditargetkan apa pun kita pada rencana manusianya, semua tidak akan semata-mata terjadi sesuai harapan manusia, semua terjadi atas kehendak Sang Hyang Semesta Alam. Jika Tuhan tak berkendak semua itu tidak akan terjadi pada kita, Dia akan tetap melindungi kita di situasi apa pun.

Maka cobalah untuk mengerti bagaimana cara Tuhan berbicara kepada makhluknya. Sesungguhnya Tuhan telah memperingatkan itu pada Surah Al-Imran ayat 139-145. Sebagai manusia yang paling tinggi derajatnya, manusia yang beriman, sesungguhnya bersuka-citalah dirimu pada kondisi apapun yang sudah terjadi dalam hidup kita. Tak perlu diri ini mudah menghakimi dia yang mati dalam sebuah peristiwa itu dalam keadaan kafir atau bahkan mungkin gugur sebagai Syuhada. Karena Tuhan lah satu-satu subjek yang tau akan itu. Dan tak pula kau risaukan mengenai adanya kematian, sebab setiap manusia yang bernyawa dalam kondisi apa pun jika Tuhan tidak mentakdirkan dia untuk meninggal di saat itu pula, pasti dia tidak akan meninggal. Maka itulah pentingnya kenapa sang utusan menyuruh umatnya untuk tetap IQRA’ dalam kondisi apa pun, karena apa yang terjadi di bumi tentulah Allah sudah menyiapkan jawabannya. Maka dari itu pandemi ini berhasil membawa kita pada pertemuan hubungan antara manusia dan sang penguasa alam jauh lebih dekat dan sadar bahwa cinta Tuhan tak pernah ingkar kepada makhluknya.