blank

Sore hari sebelum acara forum Gambang Syafaat dilaksanakan sinar matahari menyengat kulit. Padatnya lalu lintas di jalan dan suara riuh rendah kebisingan kota juga mulai tampak, karena kebanyakan orang sedang selesai melakukan aktivitas bekerja atau pulang bekerja. Di jalan pun terasa sekali perjalanan mulai lambat untuk menuju komplek Masjid Baiturrahman tempat acara forum Gambang Syafaat akan dilaksanakan.

Ada sebuah pesan singkat di grup Whatsapp, kalau setelah Maghrib mari kita menuju ke komplek Masjid Baiturrahman. Menjelang Maghrib para penggiat juga sudah banyak yang berdatangan, sebagian mempersiapkan merchandise Gambang Syafaat, penggiat lainnya juga mempersiapkan peralatan-peralatan yang belum terpasang. Tampak terop juga sudah berdiri dan lampu-lampu pun turut dipasang dan dinyalakan. Tidak perlu dibuktikan kalau para penggiat selalu setia dan bekerja sama dengan yang lain, biarlah pohon-pohon di sekitar pelataran Masjid Baiturrahman yang menjadi saksi di setiap bulannya.

Jadikan forum rutinan Maiyahan di sini ataupun di forum Maiyahan lainnya untuk silaturahmi antar sesama. Jangan dihitung berapa banyak biaya dan berapa jarak tempuh perjalanan kita datang ke acara ini. Biarkan Allah yang akan menghitung atas keikhlasanmu datang ke forum Maiyahan seperti ini. Setiap pertemuan ini, jadikanlah bentuk kekeluargaan dengan siapapun, meski juga tidak ada hubungan darah sekalipun. Supaya dimanapun kita berada bisa bersilaturahmi antar sesama lagi.

Memang di setiap bulannya kita selalu menjumpai wajah-wajah para jamaah Maiyah yang selalu berganti, mereka tentu datang dari wilayah yang berbeda-beda. Namun tidak membuat masalah para jamaah Maiyah, kita semua sudah membaur bersama menyengkuyung acara forum Gambang Syafaat setiap bulannya. Setelah ba’da Isya’ sound check pun terdengar dengan lagu-lagu karya Mbah Nun. Karpet juga sudah tertata dengan rapi, sudah tampak acara akan segera dimulai.

Terlihat para jamaah Maiyah yang sudah menjajakan kopi Gambang atau di penjual lainnya, mulai duduk merapat di atas karpet yang disediakan para penggiat. Menjelang pukul 20:00 WIB terlihat Kang Muhajir sudah berada di atas panggung, kemudian disusul Kang Mujiono, Kang Nasir, Galih dan salah satu jamaah diminta keihklasannya nderes Surat Yasin untuk turut ikut duduk di atas panggung. Di mulai dengan membaca surat Yasin bersama-sama acara forum Gambang Syafaat bertemakan “DEMAM #SAVE” pun dilaksanakan hingga berdiri bersama-sama mempersembahkan shalawat Indal Qiyam untuk junjungan Nabi Muhammad Saw.

Di sesi awal Kang Muhajir tampil memoderatori Mukadimah tema malam itu. Kata save artinya bisa menyimpan atau mengamankan, menjaga, melindungi. Tetapi mengamankan kalau dalam skup yang kecil akan menjadi pertarunagn di skup yang lebih luas. Kenapa beberapa tahun ini kita terlalu sering menjumpai kata #SAVE sebagai cara unutk bertengkar bukan mengamankan. Kita ini hanya mencoba meniru gaya anak zaman sekarang tapi tidak pernah tahu apa maksud dan tujuannya. Kalau sudah pakai kata #SAVE, apa sudah mengikuti trend masa kini. Sebaiknya kita jangan terlalu berambisi mengikuti apa yang terjadi di medsos sekarang ini. Berpedomanlah pada diri kita sendiri, yang bermanfaat buat kita belum tentu bermanfaat untuk orang lain dan sebaliknya yang bermanfaat buat orang lain juga belum tentu bermanfaat buat kita.

Di sela-sela menguraikan tema, Mas Wakijo lan sedulur turut bergabung mengajak kita bershalawatan bersama dan mempersembahkan lagu karyanya sendiri. Yang di lirik lagu tersebut ada kata “Mencari hadir-Mu, pengobat rinduku, sejenak duduk tenang dan pejamkan mata”. Liriknya tersebut bisa berarti mencari Sang Maha Kuasa saat duduk dan berdoa dengan memejam mata. Dengan suara khasnya Mas Wakijo selalu tampil apik dan sederhana. Lalu dilanjutkan lagi oleh Kang Muhajir, kalau mau berangkat meninggalkan keluarga, anak dan istri pergi ke acara Maiyahan, ciptakanlah suasana kegembiraan dahulu di rumah kita masing-masing, agar keluarga yang di rumah juga tidak mencemaskan ketika kita pergi.

Malam itu itu kita kehadiran dari sedulur-sedulur Poci Maiyah Tegal, Maiyah Kalijagan Demak, Sedulur Maiyah Kudus dan sedulur Maiyah dari mana saja pasti ada lagi, tapi yang saya ketahui hanya sebagian saja. Di sesi selanjutnya Gus Aniq dipersilahkan turut bergabung membersamai. Sedikit apa yang disampaikan Gus Aniq yaitu, Save itu dibuat untuk mengamankan atau hanya untuk menambah jumlah kerusakan. Kata save bisa berarti menyimpan dan juga mengamankan bukan malah membuat jadi sebaliknya. Saat ini kita dibuat yang tidak jelas dibikin jelas, yang jelas nyata malah dibikin tidak jelas dan yang tidak jelas sama sekali dibikin semakin tidak jelas lagi. Kita lebih baik selalu berpikir ulang kembali, karena yang kita yakini saat ini belum tentu benar. Dan bisa jadi yang benar adalah yang dulu kita yakini.

Di saat memperhatikan apa yang disampaikan Gus Aniq, hujan sempat turun malam itu, namun para jamaah tetap duduk sebagaimana adanya. Kemudian Kang Ali hadir ikut bergabung dengan kang Nasir dan kang Muhajir, mereka menekankan, forum Maiyahan seperti ini jangan hanya dijadikan untuk menimba ilmu saja, disini gunakanlah waktu sebaik mungkin. Di kanan kiri kita ini semua saudara, teruslah menyambung persaudaraan antara teman di sekitarmu, di Maiyah meski baru kenal dan berjabat tangan sudah dianggap saudara, dimanapun berada. Lebih baik bermanfaat buat orang lain saja, yang penting bagi kita belum tentu penting buat orang lain, menjadi yang terpenting buat orang lain itu tidak harus.

Tak lama kemudian Habib Anis, Pak Ilyas dan Cak Nugroho dipersilahkan turut membersamai di atas panggung. Hadir dengan tiga buah puisi yang dibawakan oleh Cak Nug yang selalu berbeda. Puisi berjudul “Belajar Pada Air”, “Ketika 2030 Menjadi Indonesia”. Dan puisi yang pertama berjudul “Ini Negara Siapa”.

Ini Negara Siapa
Karena
Hanya siapa yang dilihat
Hanya siapa yang pasti hebat
Hanya siapa yang dicatat
Hanya siapa yang didengar
Hanya siapa yg pasti benar
Hanya siapa yang disebut
Hanya siapa yang disambut
Hanya siapa yang disanjung
Hanya siapa yang dijunjung

Ini negara siapa
Sebab
Hanya siapa yang sapa
Hanya siapa yang dipuja
Hanya siapa yang dibaca
Hanya siapa yang populis
Hanya siapa yang ditulis

Ini negara siapa
Aku hanya apa
Untuk apa
Buat apa
Mu apa
Cari apa
Ini negara siapa

Suasana pun menjadi hangat setelah persembahan puisi oleh Cak Nug tadi. Awal mula dari Pak Ilyas mengigatkan bahwa pendidikan itu harus dimulai sejak dini, dari sejak lahir pun kita sudah di didik. Yang mendidik kita bukan hanya orang tua, guru ataupun dosen, melainkan Allah juga mendidik kita secara langsung. Pendidikan itu faktor terpenting di dalam bidang sekolah, fakultas dan di kehidupan sehari-hari kita. Mendidik sama yang di didik itu sudah berbeda, belum tentu yang mendidik lebih pintar daripada yang didik begitu juga sebaliknya. Asalkan output kita mendidik untuk membuat yang kita didik lebih baik dari sebelumnya.

Malam itu kita juga di hadiri oleh Pak Eko Tunas lagi, yang sebelumnya pada Gambang Syafaat edisi bulan Maret kemarin beliau juga hadir bersama kita. Judul Monolog Pak Eko tunas adalah “Yang Terhormat Rakyat” menambah suasana semakin tambah hangat, selain kita terhibur kita juga belajar banyak dari beliau. Terkait yang baru heboh saat ini tentang fiksi dan fiktif, para jamaah Maiyah pun akan tahu sedikit hal, yaitu bisa saja fiksi tidak lahir dari yang nyata, hanya berada pada tataran realita yang bisa melahirkan fiksi. Fiksi bisa disepakati menjadi kenyataan yang layak diperjuangkan, dibela hingga mati-matian untuk saat ini sampai konyol sekalipun.

Setelah penampilan Pak Eko Tunas, hari sudah melewati pukul 00:00 WIB lebih, dilanjutkan oleh Habib Anis. Beliau menekankan zaman sekarang kalau tidak ikut kelompok atau golongan orang tersebut dianggap tidak pro dengan kelompok itu. Zaman dulu kejadian ini jarang terjadi, hanya karena medsos sekarang ini masyarakat sangat mudah menyebarkan isu. Dahulu cara menyebarkan isu yang paling efektif adalah melalui pasar, tapi zaman sekarang isu-isu sangat mudah menyebar melalui ruang-ruang publik seperti medsos dan lain-lainnya. Di medsos setiap orang merasa dirinya berdialog, padahal sejatinya dia sedang bermonolog. Yang dimaksud dunia maya bukan hanya medsos, dunia ini dan manusia pun maya. Manusia baru dinyatakan ada ketika dia berpegang ada Allah Yang Maha Ada.

Jangan mudah memilih pemimpin, kita saat ini hanya dipilihkan oleh para partai-partai politik, nyatanya kita hanya disuruh memilih 1, 2 dan 3 calon pemimpin saja. Temukan dirimu sendiri setiap memilih apapun. Sehingga tidak akan mudah dipengaruhi oleh apapun. Setiap melakukan sesuatu tanyalah pada diri kita sendiri dan jujurlah pada sendiri, karena hati kita itu selalu jujur, yang tidak jujur adalah cara kita melakukan sesuatu. Mengakui kejujuran derajat orang itu tergantung keberaniannya mengakui keadaan hidup seadanya. Allah menciptakan hati nurani kepada semua manusia di bumi ini sama.

Ditengah – tengah menyimak dan menerima apa yang disampaikan Habib Anis, Mas Wakijo dan sedulur kembali tampil dengan membawakan lagu “Keseimbangan” yang juga karyanya sendiri. Hingga menjelang pukul 02:00 WIB, para jamaah semakin khusyuk dan tidak ada yang beranjak dari tempat duduknya. Habib Anis mengingatkan, Maiyah ini mengajarkan untuk tidak berpihak sama siapapun, kecuali berpihak hanya kepada Allah. Untuk memihak pada kebenaran. Di Maiyah kita selalu belajar mendewasakan diri dan keluasan berpikir. Berlakulah dengan sabar, mampu menimbang hal yang prioritas, itu adalah hasil dari kedalaman untuk keluasan berpikir. Maiyah juga tidak mengajarkan setiap melakukan kesalahan sekecil apapun harus di hukum. Melainkan diberi petunjuk dan dibekali supaya tidak melakukan kesalahannya lagi.

Hukum itu paling rendah tingkatannya dalam peradaban, karena diatasnya adab kemudian ada akhlak. Maka dari itu kita disini belajar memperbaiki akhlak bersama-sama juga berpikir untuk lebih mendalam. Habib Anis kembali menekankan supaya kita meningkatkan spiritualitas kita masing-masing agar semakin tinggi kepekaanmu, karena semakin rendah tingkat spiritualmu juga akan semakin rendah tingkat kepekaanmu. Allah tetap menguji hambanya dalam keadaan susah ataupun senang, maka kerahkan semua tenaga kita hanya untuk Allah, sisanya untuk dirimu sendiri juga orang lain.

Dipuncak acara Kang Muhajir dan Kang Ali meminta untuk bersama-sama melantukan Shohibu Baiti dengan diiringi musik. Dipimpin oleh Habib Anis dengan membaca Al Fatehah bersama, alhamdulillah selesailah acara Majelis Maiyah Gambang Syafaat malam itu kemudian dilanjut berjabat tangan. Namun semua para jamaah yang hadir tidak lantas pergi begitu saja, seperti biasanya mereka turut membersihkan sampah-sampah yang berada di sekitar acara pada malam itu hingga mereka kembalipun tidak meninggalkan kotoran. (Galih Indra Pratama)

Jepara, 30 April 2018