blank

Perjalanan kesana kemari dari desa ke desa, kota ke kota bahkan antar benua. Rasanya kalau dihitung, sudah sampai manakah Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Sudah berkeliling dunia atau malah sudah melebihi mengelilingi dunia. Kalau saya pikir kadang tidak terbayangkan, Beliau begitu ikhlasnya, rendah hatinya Beliau bahkan saya melihat wajahnya tidak pernah kelihatan capek, lesu apalagi mengantuk.

Kadang desa pelosok yang masih jauh dari kota, jalannya bebatuan dan mengendarai pakai motor saja harus hati-hati apalagi pakai kendaraan roda empat. Belum nanti kalau musim hujan, kadang jalan susah dilewati, banyak rintangan yang harus dilewati, mungkin bagi saya sendiri tidak mungkin melanjutkan ke tempat tujuan, pasti sudah putus asa.

Pernah saya mengalami kejadian seperti itu, selepas hujan. Jalan susah dilewati, sinyal di handphone juga putus, akhirnya saya balik lagi tidak jadi hadir di Sinau bareng. Tetapi Mbah Nun dan KiaiKanjeng tidak pernah ada sedikitpun rasa seperti itu, bahkan tetap berjalan sampai acara selesai. Memang Beliau sering menuturkan “Fa-inna ma’al’usri yusraa Inna ma’al ‘usri yusraa” (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan).

Memang di Surat Alam Nasyrah sudah dijelaskan dua kali, kadang saya sendiri juga tidak terpikir sampai sejauh itu, padahal ibarat orang jualan ini saya sudah rugi, karena perjalanan sudah teramat jauh akhirnya tidak jadi bertemu beliau, bagi saya itu rugi besar. Memang rasa ingin berjumpa dengan Mbah Nun tidak pernah padam, apalagi anak cucunya atau JM yang jauh disana, pasti menahan rindu teramat dalam beliau. Banyak para JM yang hadir dari berbagai kota ataupun rombangan kalangan sendiri yang menyewa kendaraan roda empat hanya untuk menimba ilmu pada beliau. Bahkan ada juga yang membawa anaknya setelah acara salaman, anaknya dimintakan doa kepada beliau. Itu semua sudah saya lihat sendiri saat sinau bareng.

Teman-teman saya banyak yang tanya kapan Cak Nun dan KiaiKanjeng kesini? Saya menjawab lihat di jadwal saja yang setiap bulan update di caknun.com, diitu infomasi sudah jelas semua. Ada juga yang tanya live streamingnya ada nggak setiap ada acara Cak Nun dan KiaKanjeng? Saya menjawab, nanti kalau ada saya kabari, dilihat dari situ banyak rindu pada beliau meski hanya denger suaranya ataupun wajahnya, kadang saya sendiri kalau pas rindu, cukup mendengarkan live streaming saja. Semua tidak masalah, suatu saat akan loading dengan sendirinya meski tidak bertatap muka atau berjumpa dengan beliau.

Menarik-menarik kalau mendengarkan cerita-cerita teman saya yang rindu akan jumpa dengan Mbah Nun, yang sering saya dengar mimpi bertemu beliau, saya sendiri pun juga sering bermimpi, berbulan-bulan tidak berjumpa dengan beliau. Kalau kita pikir peristiwa-peristiwa tersebut memang indah sekali, harus selalu dikenang selamanya, rasa tidak pernah lega kalau seminggu sekali tidak berjumpa dengan beliau.

Malam ini nanti bagi JM wilayah Rembang, Pati, Kudus, Jepara bahkan yang tadi malam hadir di Grobogan sudah menghubungi saya, akan hadir malam ini di Majelis Masyarakat Maiyah Gambang Syafaat, saya dan teman-teman sudah berjanji dengan yang lainnya untuk bertemu disana, ada juga yang dari Malang malam ini juga hadir menempuh perjalanan dengan kereta dari Surabaya.

Memang sudah lima bulan Mbah Nun belum diperjalankan ke Gambang Syafaat, tentunya rindu akan menimba ilmu-ilmu dari beliau sudah pasti mereka nantikan malam ini, penggiat Gambang Syafaat sendiri saja, acara kurang seminggu sudah bikin di medsos. Berkata, “tanggal 25 masih berapa hari ya”. Bukankah rindunya teramat dalam kepada Mbah Nun, sampai-saya berkomentar di status medsosnya tadi, “masih delapan hari lalu langsung dijawab, delapan hari kok rasanya kayak delapan abad.

Saya sebagai murid atau cucunya, mungkin bagi JM yang lainnya, yang berdomisili di kota sekitar Semarang tentunya bungah, senang hatinya bahkan terbayarkan sudah rasa rindunya pada Mbah Nun nanti malam di kopi Gambang. Bismillah…

Jepara, 25 Oktober 2017