blank

Urip kudu urup. Kalimat itu hingga sekarang masih termemori kuat dalam ingatan saya. Kalimat tersebut yang menyapa dan pertama kalinya saya mengenal seseorang yang bernama Emha Ainun Najib. Lewat perantara salah satu surat kabar harian Jawa Tengah 25 tahun yang lalu kurang lebih.

Sebab, urip kudu urup saya jatuh cinta kepada Emha Ainun Najib. Selayaknya orang yang dilanda kasmaran saya digoda rindu. Kerinduan saya untuk dapat bertemu dengan Emha Ainun Najib pada saat itu meskipun hanya lewat tulisan-tulisannya di surat kabar sangat menggebu. Ya namanya saja orang sedang jatuh cinta, wajar bukan?

Sebab urip kudu urup. Saya mencari buku-buku karangan Emha Ainun Najib di setiap toko buku yang saya datangi. Betapa sulitnya pada saat itu untuk sekedar menemukan bukunya. Tetapi kesulitan tersebut tidak menyurutkan kerinduan dan melemahkan cinta saya kepada Emha Ainun Najib. Hingga pada akhirnya Allah menunjukan dan memberikan saya jalan untuk dapat bertemu dengan Emha Ainun Najib. Ketika saya membaca surat kabar ada woro-woro di salah satu kolom pengajian rutin bulanan Gambang Syafaat yang oleh Emha Ainun Najib. Hatiku gembira riang tak terkira.

Sebab urip kudu urup, saya bersyukur mengenal, bertemu juga diperkenankan oleh Allah mennyintai Emha Ainun Najib. Seseorang yang tidak hanya luas ilmunya tetapi juga luas hati dan cintanya kepada siapa saja. Apalagi kepada orang-orang kecil. Emha Ainun Najib bukan hanya guru tetapi beliau juga Bapak dan juga sahabat yang menyenangkan. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan kepada beliau.

Sebab urip kudu urup, saya bersyukur kepada Allah telah memberi ruang dan jarak yang dekat dengan Emha Ainun Najib yang dulu saya menyebutnya Cak Nun dan kini saya menyebutnya Simbah.

Sebab urip kudu urup. Simbah Emha Ainun Najib menyapa dan menuntun saya menemukan hidup (urip) kembali juga kudu atau harus berani menyala (urup)

Sebab urip kudu urup saya menyampaikan dengan penuh rasa kepada Simbah Emha Ainun Najib yang telah mentransfer energi yang luar biasa dahsyat kepada saya juga saya menghaturkan terima kasih kepada Simbah Ainun Najib sudah memberi kepada saya bukan saja cakrawala ilmu nan luas tetapi sudah memberi saya pribadi-pribadi yang luar biasa kualitas cintanya yang saya menyebutnya sedulur-sedulur Maiyah.
Maturnuwun Simbah Emha Ainun Najib.
Maturnuwun kinasihing Gusti Allah yang tidak pernah lelah melayani umat menghidupkan dan menyalakan kembali semangat umat.
Semoga Gusti Allah selalu peparing kesehatan dan kekuatan dumateng panjenengan Simbah Emha Ainun Najib bagi saya panjenengan adalah nabi Khidir yang menyamar.

Sebab urip kudu urup
Salam Maiyah.