blank

Siang ini kulakukan perjalanan merdu didasari dengan rasa rindu mendalam kepada semua orang yang aku cintai. Di sponsori oleh kereta api yang berjudul KAI yang terus berbenah melakukan pelayanan untuk penumpangnya. 

Ketika termenung memandang lurusnya rel kereta, terbesit sebuah pemikiran bahwa rakyat Indonesia seperti rel kereta. Rel kereta itu tangguh dan rela diinjak-injak oleh jenis kereta apapun. Sama halnya dengan Rakyat Indonesia yang selalu terinjak-injak oleh “keedanan” dan kerakusan zaman. Orang Indonesia bahkan rela diinjak-injak oleh sesama orang Indonesianya sendiri.

Pemuaian dan penyusutan sambungan rel setelah dilewati oleh kereta, sama halnya seperti rasa geram rakyat Indonesia ketika diusik ketenangan jiwanya menghadapi zaman yang makin carut marut, tetapi rakyat hanya bisa geram tak bisa berbuat apa-apa dan menyusut setelah dimomong merdu oleh tiupan angin. 

Teringat apa yang disampaikan Mbah Nun “Koe nek tak bukakke sitik wae masalah Indonesia wes mutah-muntah, makane saiki wes ora usah pingin ndandani Indonesia nganggo Maiyah. Wong pemerintah ora nganggep Maiyah kui ono, dadi yo percuma nek koe arep nyuntik obat Maiyah neng pemerintahan Indonesia”. 

Indonesia, teruskanlah kelegowoanmu diinjak-injak oleh saudaramu sendiri. Tuhan tidak pernah berhenti memberi kekuatan untukmu. Semangat Indonesia, Tuhan, Kanjeng Nabi dan Maiyah selalu bersamamu. Selamat Ultah GS ke 18 Tahun, semoga istiqomah menemani rakyat Indonesia.