Syahdan, dua orang tokoh bertemu pada kesempatan tertentu.
“yo opo gus, sampeyan kok sakit?“
“yo iki cak, pikiranku tentang Negara iki,rodo marai ngelu, sampeyan mikiri gusti allah terus ora tau mriyang”.

Seorang yang memahami diri dan lingkungannya, tidak mungkin tidak, dia mempunyai kesadaran social tentang lingkungannya. Apalagi ketika sebuah pengetahuan kecarutmarutan tentang negaranya sampai padanya, orang tidak akan bisa diam. Bedanya adalah level “tumandang”nya, skala kiprahnya, caliber pergerakannya.

Ada memang jenis orang tertentu yang ketika melihat sebuah ketidakberesan, melihatnya sebagai peluang untuk kepentingan dirinya. Jenis orang ini kita sebut saja sebagai “dudu wong”.

Indonesia adalah bagian dari desa saya

Memaknai kalimat tersebut,bisa dimulai dari “kesadaran holografik”, yakni kesadaran bahwa kemenyeluruhan dalam setiap bagiannya sebenarnya merupakan satu kesatuan. Bayangkan ketika anda melihat sebuah hologram, hologram tidak bisa dibagi menjadi penyusunnya, penyusun sebuah benda dalam hologram adalah benda itu dalam skala yang kecil. Ketika bicara Indonesia, penyusunnya adalah desa. Struktur terkecil yang mewakili Indonesia sebagai Negara adalah desa. Cobalah anda merenungi bagaimana kondisi Negara kita, dan apa bisa diperbaiki tanpa memperbaiki “struktur terkecil” nya? Atau jika dibalik, seandainya struktur terkecil sebuah Negara beres, apa mungkin hologram besarnya tidak beres?

Tentukan Kalibermu

Dengan kesadaran bahwa indonesia adalah hologram besar dari sebuah desa, maka anda tidak perlu berkecil hati bahwa anda tidak bisa berbuat apa-apa untuk negaramu. Tentukan saja kalibermu dan wilayah perjuanganmu. Bagiku kamu adalah aku, bagaimana mungkin aku tidak memberikan kebaikan kepadamu?

Gambang Syafaat edisi November 2015, sebagai salah satu simpul maiyah nusantara mencoba menafsiri makna Indonesia bagian dari dari desa saya, sebagai ikhtiar untuk memberikan keyakinan kepada khalayak bahwa kebaikan adalah kebaikan dan tidak ada kesia-siaan.